MODUL MSDM YANG INOVASI
Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa upah dapat merupakan pengganti atau jasa yang
telah diserahkan oleh pekerja kepada pihak lain atau perusahaan dimana ia
bekerja. Jadi disini upah/ gaji termasuk salah satu elemen kompensasi. Untuk
jelasnya dapat diperiksa gambar berikut ;
Tekanan-tekanan eksternal dari pemerintah dengan
segala peraturannya mempengaruhi penetapan kompensasi perusahaan. Peraturan
upah minimum, upah kerja, kerja lembur dan pembatasan umur untuk tenaga kerja
anak-anak merupakan beberapa contoh kendala kompensasi yang berasal dari
pemerintah.
BAB VIII
d. Demosi
(sebagai alternatif pemberhentian)
3. Stress
dan Prestasi Kerja
- Pada
umumnya dapat mencapai landasan ekonomi yang kuat bagi peningkatan standar
hidup dan kesejahteraan manusia.
(4) Dalam
HIP setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus diselesaikan
dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan secara
kekeluargaan. Karena itu penggunaan tindakan penekanan dan aksi-aksi sepihak
seperti mogok, penutupan perusahaan (lock out) dan lain-lainnya tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip HIP.
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sebagai salah satu mata kuliah
dalam pembelajaran di program studi manajemen , baik umum dan syariah . MSDM
mempunyai arti sangat penting (signifikan), bukan saja dilihat dalam kontek
manusia sebagai faktor terpenting dalam manajeman pada setiap organisasi atau
lembaga (pemerintah, swasta atau LSM) melainkan dan terutama dilihat pada
penegasan kualifikasi daya (energi) yang melekat pada manusia tersebut yang
memiliki kemampuan (competency) untuk membangun ke arah kemajuan yang positif
(maju-positif).
A. Deskripsi awal MSDM
Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
menekankan pada kata kuncinya. Daya (energi) yaitu kekuatan yang melekat pada
manusia yang mempunyai kemampuan (competency) untuk membangun, dalam arti untuk
maju ke arah yang positif.
Setiap orang dalam kehidupan pribadinya
maupun dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat, serta dalam peranannya di
dalam status kedinasannya baik instansi pemerintah maupun swasta, perlu
memiliki daya atau kemampuan tersebut.
Lebih-lebih sebagai pemimpin (manager)
ia harus memiliki kemampuan tersebut sehingga betul-betul menunjukkan jati
dirinya sebagai pemimpin (leader yang berkualitas, yang bijak / wise) yang
senantiasa memotivasi bawahannya untuk juga mampu maju positif.
Manusia yang memiliki daya seperti itu
akan mampu mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang baik dan sebagai
manfaatnya ia dapat merebut peluang kerja yang tersedia di masyarakat, atau
justru dia dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Itu semuanya berdampak
sangat positif bagi anggota-anggota masyarakat lainnya yang memerlukan lapangan
kerja.
Dengan demikian nampak bahwa SDM
berkedudukan tidak saja sebagai objek melainkan juga sekaligus sebagai subyek.
Untuk itu perlu dimantapkan perpaduan semua pihak terkait (baik pemerintah
swasta maupun anggota masyarakat sendiri).
Untuk keberhasilan itu semua perlu
diterapkan suatu konsep dari sistem manajemen yang tepat yang dikenal sebagai
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).
Dengan pemikiran seperti tersebut di
atas, maka untuk substansi pembelajaran Manajemen SDM dapat diberikan diskripsi
secara singkat sebagai berikut :
1. Bahwa arti
pentingnya SDM pada instansi apapun (pemerintah maupun swasta), bahkan juga di
masyarakat ialah pada kata kunci. Daya (energi) yakni kekuatan yang melekat
pada diri manusia yang memiliki kemampuan (competency) untuk membangun dalam
arti maju ke arah yang positif.
2. Bahwa untuk
keberhasilan terwujudnya manusia yang memiliki daya seperti itu perlu
diterapkan secara terpadu pembinaan dan peningkatan daya guna (efficiency)
manusia sehingga memberikan manfaat positif bagi manusia itu sendiri dan bagi
organisasi/ institusi dimana manusia tersebut berkarya, bahkan juga bagi
masyarakat dimana manusia tersebut berada.
Manfaat positif harus dicapai secara seimbang bagi semua pihak (bagi manusianya
sendiri, bagi organisasi/ institusinya, dan bagi masyarakat). Manajemen yang
tepat dengan arahan manfaat seperti itu dikenal sebagai Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM).
3. Konsekuensi logis
dari dua hal tersebut di atas adalah bahwa setiap pimpinan harus merasa
terpanggil (bahkan komited) untuk secara bijak (wise) senantiasa berupaya
meningkatkan motivasi terhadap faktor SDMnya untuk semakin maju positif,
semakin meningkat kualitasnya. Dari pihak SDMnya sendiri senantiasa termotivasi
untuk maju positif sehingga kualitasnya semakin meningkat dan dapat merebut
peluang (opportunity) kerja, bahkan juga peluang berusaha (business
opportunity) yang berarti menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat
dimana ia berada. Itulah makna SDM sebagai objek dan sekaligus sebagai subyek
dalam kegiatan-kegiatan untuk maju ke arah yang positif
B. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
MSDM adalah manajemen yang diharapkan secara terpadu terhadap pembinaan dan
pengembangan kekuatan atau daya guna manusia, sehingga memberikan manfaat
positif bagi manusia yang bersangkutan, organisasi dan masyarakat.
Sedangkan pengertian MSDM menurut GR.
Terry adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja
secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi
maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi/ lembaga/ badan usaha.
Pengertian MSDM
menurut GR. Terry di atas, dilihat segi SDM sebagai :
1. Manusia yang bekerja di
lingkungan organisasi
2. SDM adalah potensi
manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan keberadaannya
3. SDM adalah potensi
yang merupakan asset dan berfungsi sebagai model di dalam organisasi bisnis,
yang dapat diwujudkan menjadi potensinya secara fisik dan non fisik dalam
mewujudkan keberadaan organisasi
MSDM dapat juga
diartikan sebagai berikut :
Ilmu yang mempelajari pengelolaan tenaga kerja agar
bekerja secara efisien dan efektif dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen.
C. Beberapa
Pendekatan Terhadap Masalah Personal
1. Pendekatan Mekanis
Perkembangan
industri, dengan penerapan mesin-mesin dan alat-alat elektronika pada bidang
industri telah membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi kerja selama
lebih dari seabad. Para manager telah menerapkan berbagai prinsip seperti :
pemindahan pekerjaan dari manusia kepada mesin, prinsip dapat saling
dipertukarkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain, spesialisasi
pada mesin-mesin, peralatan, tata letak dan pabrik pada umumnya. Berbagai
prinsip ini telah menunjukkan keberhasilannya dengan semakin meningkat output
produksi. Karena itu tidaklah mengherankan apabila kemudian dicoba melakukan
pendekatan yang sama, yakni pendekatan mekanis terhadap tenaga kerja. Apabila
mesin-mesin dapat dibuat lebih produktif dengan melakukan spesialisasi yang
ekstrim, maka hendaknya hal yang sama yang berlaku bagi manusia.
Pendekatan mekanis
sering disebut juga sebagai pendekatan commodity atau konsep faktor produksi.
Hal ini menunjukkan suatu sikap bahwa tenaga kerja haruslah dikelompokkan
seperti modal dan tanah sebagai suatu faktor produksi, dan haruslah diperoleh
dengan semurah mungkin dan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pertimbangan tenga
kerja sebagai manusia hampir sama sekali diabaikan, penarikan dan pemecatan
karyawan hanya semata-mata didasarkan atas kebutuhan perusahaan. Pendekatan
mekanis biasanya menimbulkan berbagai masalah manajemen, yaitu masalah
personalia, antara lain :
1. Pengangguran
teknologi
Tenaga kerja digantikan oleh mesin-mesin atau oleh inovasi manajemen yang
menghasilkan jumlah tenaga kerja yang makin sedikit untuk menghasilkan out put
yang sama.
2. Keamanan
Berkurangnya keamanan ekonomis dalam artian seseorang kehilangan sumber
penghasilannya, merupakan akibat lanjutan dari penggunaan teknologi.
3. Organisasi
buruh
Karena sikap manajemen dalam menghadapi persoalan-persoalan, mengakibatkan
timbulnya dorongan yang kuat untuk membentuk suatu organisasi yang melindungi
karyawan dari sikap sewenang-wenang pihak manajemen.
4. Berkurangnya
kebanggaan dalam bekerja
Struktur organisasi yang dirancang sangat ketat dan perencanaan kerja yang
sangat akurat telah membawa akibat berkurangnya kebebasan bagi
individu-individu yang ada dalam suatu organisasi.
2. Pendekatan Paternalisme
Paternalisme adalah suatu konsep yang
menganggap bahwa manajemen adalah sebagai “ayah” dan bersikap melindungi
terhadap para karyawan. Pendekatan ini menekankan pada sikap yang “personal”
bahkan kadang-kadang “super personal” terhadap para karyawan.
Ada
dua sifat yang menunjukkan paternalis tidaknya suatu pendekatan :
a. Diselenggarakannya
suatu program personalia tidak didasarkan atas pertimbangan manfaat dari
program tersebut.
b. Keputusan
tentang apa dan bagaimana melaksanakan program tersebut adalah tergantung pihak
manajemen.
Jadi kalau
suatu program dilaksanakan karena perusahaan akan memperoleh manfaat dari
program tersebut atau karena karyawan (serikat buruh) meminta diadakannya
program tersebut maka pendekatan ini tidak bisa dikatakan sebagai paternalis.
3. Pendekatan
Sistem Sosial
Keberhasilan
perusahaan/ organisasi merupakan keberhasilan sub sistem yang ada.
Kebaikan dan
keburukan pendekatan sistem sosial
Kebaikan ð antara
sub-sub sistem akan selalu senantiasa bertalian/ berhubungan.
Keburukan ð apabila
antara sub-sub sistem ada masalah akibatnya fatal
D. Perbedaan Manajemen
Personalia dengan Manajemen SDM
v Manajemen
personalia : tenaga kerja dianggap sebagai
faktor produksi
Manajemen
SDM : sebagai
asset yang harus dipelihara keberadannya
v Manajemen
personalia : konsep paternalis
Manajemen
SDM : konsep
partnership (kerjasama) dimana majikan bersama dengan karyawan untuk bekerja
sehingga diperoleh hasil yang tinggi guna kepentingan kedua belah pihak seperti
hubungan industrial pancasila.
BAB II
ANALISIS
JABATAN (JOB ANALYSIS)
A. Analisis
Jabatan Pekerjaan (Job Analysis)
Analisis
pekerjaan adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan-pekerjaan apa saja yang
harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, mengapa pekerjaan itu harus
dikerjakan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Analisis
pekerjaan adalah prosedur penelahaan suatu pekerjaan. Manfaat analisis
pekerjaan.
a. Untuk
mengetahui tugas dan tanggung jawab yang tercakup di dalamnya
b. Keterkaitannya
dengan pekerjaan lain
c. Kemampuan
pribadi petugas yang akan menangani
d. Lingkungan
atau kondisi yang disyaratkan agar pekerjaan dapat dilaksanakan.
B. Uraian Pekerjaan (Job Description)
Uraian pekerjaan adalah informasi
tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan
pekerjaan dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam
organisasi.
Uraian pekerjaan adalah segala sesuatu
mengenai pekerjaan yang dimaksud. Uraian pekerjaan harus jelas dan persepsinya mudah
dipahami, serta menguraikan hal-hal sebagai berikut :
a. Apa tugas atau penugasannya
b. Apa
tanggung jawabnya
c. Apa
yang menjadi syarat-syarat pekerjaannya (mengarah pada alat-alat, mesin-mesin,
bahan baku yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut !
Contoh : deskripsi pekerjaan (job
description)
1. Nama jabatan :
Kepala seksi keuangan
2. Tugas pokok dan
tanggung jawab :
Membantu Kepala Biro Keuangan dalam hal merencanakan, mengatur dan melaksanakan serta
mengawasi dalam mencari mengelola keuangan.
3. Tugas rutin :
a. Menyiapkan
data keuangan
b. Melaksanakan
pengumpulan dana perusahaan yang dipertanggung jawabkan secara finansial,
ekonomis dan mengatur penggunaan dan pengendaliannya
c. Mengatur
penyimpanan uang dengan sebaik-baiknya
d. Mengatur
likuiditas dan solvabilitas keuangan
e. Menyusun
cash flow bulanan triwulan, tahunan dan forecal beberapa tahun dengan asumsi-asumsi
yang ditentukan
f. Melaksanakan
verifikasi tingkat kedua terhadap bukti penerimaan dan pengeluaran dan dengan
syarat-syarat yang telah ditetapkan sesuai prosedur.
g. Mengatur
dan melaksanakan pembayaran pajak yang menjadi beban perusahaan
h. Menyusun
laporan periodik seksinya
i. Bertanggung jawab
atas keberhasilan tugas
4. Tugas
kadang kala
a. Menyusun
RAPB perusahaan
b. Mengawasi
pemakaian barang, perabot seksinya
5. Wewenang
a. Berwenang
memberikan tugas kepada bawahan
b. Berwenang
memberi peringatan/ teguran kepada bawahan
c. Menilai
bawahannya
6. Hubungan
kerja
Bertanggung
jawab kepada kepala biro keuangan
C. Job Specification (Spesifikasi Pekerjaan)
Spesifikasi pekerjaan adalah uraian persyaratan kualitas minimum orang yang
bisa diterima agar dapat menjalankan satu jabatan dengan baik dan kompeten atau menyangkut
kualifikasi petugas yang paling sesuai dengan pekerjaan yang dimaksud.
Kualifikasi yang diperlukan itu dinyatakan dalam persyaratan pendidikan,
keterampilan, pengalaman dan persyaratan lainnya. Spesifikasi pekerjaan
memberikan uraian informasi mengenai :
1. Tingkat pendidikan pekerja
2. Jenis kelamin
pekerja
3. Keadaan fisik
pekerja
4. Pengetahuan dan
kecakapan pekerja
5. Nikah atau belum
6. Minat
bekerja
7. Emosi
dan temperamen pekerja
8. Pengalaman
pekerja
Contoh :
spesifikasi jabatan
1. Identifikasi
jabatan : Kepala seksi keuangan
- Nama :
- Kode :
- Bagian :
2. Persyaratan
jabatan
a. Pendidikan
: Sarjana Ekonomi
b. Pengalaman
:
(1) sekurang-kurangnya
3 tahun bagi sarjana/ staf direksi
(2) seorang
supervisor senior bidang administrasi keuangan, dapat dipromosikan sebagai
kepala seksi keuangan setelah melalui ujian dinas
c. Kemampuan
(1) menguasai
seluk beluk bidang keuangan
(2) menguasai
sistem dan prosedur keuangan, pembelian dan lainnya dengan baik
(3) mampu
menyusun cash flow
(4) menguasai
tentang undang-undang perpajakan
(5) memahami
pelaksanaan RAPB
(6) menguasai dan mengaktualisasi
cash flow cabang-cabang/ unit
d. Keterampilan
(1) memiliki
keterampilan
1.1 mengelola
cash manajemen
1.2 disiplin
fed sistem dan prosedur perusahaan
(2) penyusunan
laporan
(3) penyusunan
RABD seksinya
BAB III
PENGADAAN KARYAWAN
A. Pentingnya
Pengadaan Karyawan
Pengadaan (procurement)
adalah fungsi operasional pertama MSDM. Pengadaan karyawan ini merupakan
masalah penting, sulit dan kompleks. Sedangkan pengertian pengadaan adalah
proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan
karyawan yang efektif dan efisien membantu tercapainya tujuan perusahaan.
Pengadaan harus
mendapat perhatian yang serius serta berdasarkan pada analisis pekerjaan (job
analysis), uraian pekerjaan (job description), spesifikasi pekerjaan
(job specification), evaluasi pekerjaan (job evaluation), dan
bahkan perlu mempertimbangkan pemerkayaan pekerjaan (job enrichment)
persyaratan pekerjaan (job requirement).
Analisis pekerjaan (job analysis) selain
menghasilkan job description, job specification, job evaluation juga berguna
bagi :
1. Perekrutan dan seleksi
2. Kompensasi
3. Evaluasi
jabatan
4. Prestasi
kerja
5. Latihan
6. Promosi
dan pemindahan
7. Organisasi
8. Pemerkayaan
pekerjaan
9. Penyederhanaan
pekerjaan
10. Penempatan
11. Peramalan
dan perekrutan
12. Orientasi
dan induksi
B. Evaluasi Pekerjaan
Evaluasi
pekerjaan adalah menilai berat atau ringan, mudah atau sukar, besar atau kecil
resiko pekerjaan dan memberikan nama, rangking (peringkat) serta harga atau
gaji suatu jabatan.
C. Penyederhanaan
Pekerjaan
Penyederhanaan
pekerjaan adalah penggunaan logika untuk mencari penggunaan yang paling
ekonomis dari usaha manusia, materi, mesin-mesin, waktu dan ruangan dengan
cara-cara yang paling baik serta paling mudah dalam mengerjakan pekerjaan.
Penyederhanaan
pekerjaan mengakibatkan :
1. Struktur
organisasi perusahaan semakin melebar
2. Pekerjaan-pekerjaan
bisa menjadi terlalu terspesialisasi, sehingga menimbulkan kebosanan yang pada
gilirannya menyebabkan kesalahan-kesalahan atau permintaan keluar
3. Pekerja
semakin produktif sehingga keuntungan ekonomis dari spesialisasi akan diperoleh
D. Pemerkaya
Pekerjaan
Pemerkaya
pekerjaan adalah perluasan pekerjaan dan bertanggung jawab secara vertikal yang
akan dikerjakan seseorang pejabat dalam jabatannya.
Perluasan
secara vertikal diterapkan untuk dapat memberikan kepuasan karyawan lebih besar
dan kesempatan bagi pengembangan pribadinya.
E. Persyaratan
Pekerjaan
Persyaratan
pekerjaan adalah persyaratan-persyaratan jabatan tentang ketrampilan yang
dikehendaki. Proses atau langkah-langkah pengadaan perekrutan karyawan adalah:
1. Peramalan
kebutuhan tenaga kerja
2. Penarikan
3. Seleksi
4. Penempatan,
orientasi dan induksi karyawan
Keterangan
:
1. Peramalan
kebutuhan tenaga kerja
Peramalan kebutuhan tenaga kerja dimaksudkan agar
jumlah kebutuhan tenga kerja masa kini dan masa depan sesuai dengan beban
pekerjaan, kekosongan-kekosongan dapat dihindarkan dan semua pekerjaan dapat
dikerjakan. Peramalan kebutuhan tenaga kerja ini harus didasarkan kepada
informasi faktor internal dan eksternal perusahaan.
Faktor
internal dan eksternal perusahaan adalah :
a. Jumlah
produksi
b. Ramalan-ramalan
usaha
c. Perluasan
perusahaan
d. Perkembangan
teknologi
e. Tingkat
permintaan dan penawaran tenaga kerja
f. Perencanaan
karier pegawai
2. Penarikan
tenaga kerja
Penarikan tenaga kerja adalah usaha mencari dan
mempengaruhi tenaga kerja, agar mau melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam
suatu perusahaan.
Sedangkan
proses penarikan karyawan yang baik adalah :
a. Penentuan
dasar penarikan
Dasar penarikan calon karyawan harus terlebih
dahulu ditetapkan supaya para pelamar yang memasukkan lamarannya sesuai dengan
pekerjaan atau jabatan yang akan dijabatnya. Dasar penarikan harus berpedoman
pada spesifikasi pekerjaan yang telah ditentukan untuk menjabat jabatan
tersebut.
b. Penentuan
sumber-sumber penarikan
1) Sumber
internal
Yaitu karyawan yang akan mengisi lowongan kerja
tersebut diambil dari dalam perusahaan, yaitu dengan cara memutasikan atau
pemindahan karyawan yang memenuhi spesifikasi pekerjaan jabatan itu.
2) Sumber
eksternal
Yaitu karyawan yang akan mengisi jabatan dilakukan
dengan melakukan penarikan dari sumber-sumber tenaga kerja di luar perusahaan.
c. Metode-metode
penarikan
1) Metode
tertutup, yaitu dimana penarikan itu hanya diinformasikan kepada para karyawan
atau orang-orang tertentu saja.
2) Metode
terbuka, yaitu penarikan diinformasikan secara luas dengan memasang iklan pada
media massa cetak maupun elektronik agar tersebar luas ke masyarakat.
d. Kendala-kendala
penarikan
1) Kebijaksanaan-kebijaksanaan
organisasi
~ Kebijaksanaan
kompensasi dan kesejahteraan
~ Kebijaksanaan
promosi
~ Kebijaksanaan
status karyawan
~ Kebijaksanaan
sumber tenaga kerja
2) Persyaratan-persyaratan
jabatan
3) Kondisi
pasar tenaga kerja
4) Solidaritas
perusahaan
5) Kondisi-kondisi
lingkungan eksternal
3. Seleksi
Penerimaan Karyawan
Seleksi adalah usaha pertama yang harus dilakukan
perusahaan untuk memperoleh karyawan yang qualified dan kompeten yang akan
menjabat serta mengerjakan semua pekerjaan pada perusahaan tersebut.
Dasar-dasar
seleksi penerimaan karyawan baru adalah :
a. Kebijaksanaan
Perburuhan Pemerintah
b. Job specification dari
perusahaan/ jabatan itu.
c. Ekonomis
rasional
d. Etika
sosial
Tujuan seleksi penerimaan karyawan adalah untuk mendapatkan karyawan yang
mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Karyawan
yang qualified dan potensial
b. Karyawan
yang jujur dan berdisiplin
c. Karyawan
yang cakap dengan penempatannya yang tepat
d. Karyawan
yang terampil dan bergairah bekerja
e. Karyawan
yang memenuhi persyaratan UU Perburuhan
f. Karyawan
yang dapat bekerjasama baik secara vetikal maupun horizontal
g. Karyawan
yang dinamis dan kreatif
h. Karyawan
yang inovatif dan bertanggung jawab sepenuhnya
i. Karyawan
yang loyal dan berdedikasi tinggi
j. Mengurangi
tingkat absensi dan turn over karyawan
k. Karyawan
yang mudah dikembangkan pada masa depan
l. Karyawan
yang dapat bekerja secara mandiri
m. Karyawan
mempunyai perilaku dan budaya malu
v Cara
Seleksi
Terdapat
dua cara, yaitu :
a. Non
ilmiah atau tradisional
Yaitu seleksi yang dilaksanakan tidak didasarkan
kepada kriteria atau standar atau spesifikasi kebutuhan nyata pekerjaan/
jabatan, tetapi hanya didasarkan kepada perkiraan dan pengalaman kerja. Unsur-unsur
yang diseleksi yaitu :
1) Surat
lamaran bermaterai
2) Ijasah
sekolah dan daftar nilainya
3) Surat
keterangan pekerjaan dan pengalaman
4) Referensi
atau rekomendasi dari pihak yang dapat dipercaya
5) Wawancara
langsung dengan pelamar bersangkutan
6) Penampilan
dan keadaan fisik pelamar
7) Keturunan
dari pelamar bersangkutan
8) Tulisan
pelamar
b. Metode
Imilah
Yaitu seleksi yang didasarkan kepada job
specification (ilmu pengetahuan) dan kebutuhan nyata jabatan yang akan
diisi, serta berpedoman kepada kriteria dan standar-standar tertentu. Seleksi
ilmiah hendaknya dilaksanakan dengan cara :
1) Metode
kerja yang jelas dan sistematis
2) Berorientasi
kepada prestasi kerja
3) Berorientasi
kepada kebutuhan riil karyawan
4) Berdasarkan
kepada job analysis, dan ilmu sosial lainnya
5) Berpedoman
kepada UU Perburuhan
v Kualifikasi-kualifikasi
seleksi
a. Umur
b. Keahlian
c. Kesehatan
fisik
d. Pendidikan
e. Jenis
kelamin
f. Tampang
g. Bakat
h. Temperamen
i. Karakter
j. Pengalaman
kerja
k. Kerjasama
l. Kejujuran
m. Kedisiplinan
n. Inisiatif
dan kreatif
v Sistem
dan Prosedur Seleksi
Sistem
seleksi yaitu :
a. Succesive-Hurdles adalah
sistem seleksi yang dilaksanakan berdasarkan urutan testing, yakni jika pelamar
tidak lulus pada suatu testing maka ia tidak boleh mengikuti testing berikutnya
dan pelamar tersebut dinyatakan gugur.
b. Conpensatory-Appmach adalah
sistem seleksi yang dilakukan dimana pelamar mengikuti seluruh testing kemudian
dihitung nilai rata-rata tes apakah mencapai standar atau tidak. Pelamar yang
mencapai nilai standar dinyatakan lulus, sedang pelamar yang tidak mencapai
standar dinyatakan gugur atau tidak diterima.
Prosedur
seleksi atau langkah-langkah pelaksanaan seleksi yaitu :
a. Seleksi
surat-surat lamaran
b. Pengisian
blangko lamaran
c. Pemeriksaan
referensi
d. Wawancara
pendahuluan
e. Tes-tes
penerimaan
f. Tes
psikologi
g. Tes
kesehatan
h. Wawancara
akhir atasan langsung
i. Memutuskan
diterima atau ditolak
v Tingkat-tingkat
Seleksi
a. Seleksi
tingkat pertama
Meliputi semua prosedur seleksi sejak dari surat
lamaran sampai dengan pelamar dinyatakan diterima menjadi calon karyawan dengan
status masa percobaan.
b. Seleksi
tingkat kedua
Dilakukan atas calon karyawan yang berstatus masa
percobaan, dengan cara mengamati dan menilai mental, perilaku dan kemampuan
nyata si calon dalam menyelesaikan pekerjaan serta disiplinnya.
c. Seleksi
tingkat ketiga
Dilakukan dengan mengikuti pra jabatan atau latihan
yang diakhiri dengan ujian-ujian. Jika tahap ini lulus maka mereka akan
diangkat/ dipromosikan menjadi karyawan tetap serta haknya akan diterima
sepenuhnya.
v Kendala-kendala
Seleksi
1. Tolok
ukur
2. Penyeleksi
3. Pelamar
4. Penempatan,
Orientasi dan Induksi Karyawan
l Penempatan
Karyawan
Yaitu tindak lanjut dari seleksi yaitu penempatan
calon karyawan yang diterima (lulus seleksi) pada jabatan/ pekerjaan yang
membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan authority kepada
orang tersebut. Dengan demikian calon karyawan itu akan dapat mengerjakan
tugas-tugasnya di jabatan bersangkutan. Dengan penempatan yang tepat ini maka
gairah kerja, mental kerja dan prestasi kerja akan mencapai hasil yang optimal
bahkan kreativitas serta prakarsa karyawan dapat berkembang.
l Orientasi
Karyawan
Orientasi atau perkenalan bagi setiap karyawan baru
harus dilaksanakan untuk menyatakan bahwa mereka betul-betul diterima dengan
tangan terbuka menjadi karyawan yang akan bekerja sama dengan karyawan lainnya
pada perusahaan itu. Dengan orientasi ini dapat diatasi keragu-raguan,
kecanggungan dan menimbulkan rasa percaya diri karyawan baru dalam melakukan
pekerjaannya.
l Induksi
Karyawan
Induksi karyawan adalah kegiatan untuk mengubah
perilaku karyawan baru supaya menyesuaikan diri dengan tata tertib perusahaan.
Induksi ini pada dasarnya adalah tugas dari atasan langsung karyawan
bersangkutan sehingga karyawan baru menyadari bahwa dia harus mentaati
peraturan-peraturan perusahaan dan mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik.
F. Saluran-Saluran
Penarikan
Metode-metode
penarikan sering disebut sebagai saluran-saluran (channels). Ada
perusahaan menunggu secara pasif para pelamar lowongan pekerjaan yang datang
kepadanya. Di lain pihak, banyak perusahaan lainnya menggunakan pendekatan
lebih agresif dalam perarikan karyawan potensial. Perusahaan dan pelamar
biasanya memanfaatkan sejumlah saluran yang tersedia. Berbagai saluran atau
sumber yang dapat digunakan untuk penarikan karyawan adalah :
1. Walk-Interview
Pelamar atau pencari pekerjaan datang sendiri ke
perusahaan dan kemudian mengisi blangko lamaran yang telah tersedia.
Lamaran-lamaran ini disimpan dalam suatu file sampai ada lowongan pekerjaan
atau sampai lamaran dinyatakan tidak valid lagi.
2. Rekomendasi
dari karyawan (Employee Referrals)
Para karyawan perusahaan sekarang bisa
merekomendasikan pencari pekerjaan kepada departemen personalia. Metode ini
mempunyai beberapa kebaikan :
a. Karyawan
yang memberikan rekomendasi berarti telah melakukan penyaringan terlebih
dahulu.
b. Perusahaan
memperoleh informasi lengkap data pemberi rekomendasi tentang pelamar
c. Karyawan
akan cenderung merekomendasikan teman-temannya yang mempunyai kebiasaan dan
sikap yang hampir sama.
d. Pelamar
telah mengetahui karakteristik organisasi dari karyawan pemberi rekomendasi.
Meskipun teknik
ini legal dan baik, perusahaan harus berhati-hati dalam penggunaannya. Masalah
utamanya adalah kecenderungan deskriminasi.
Ex :
Karyawan lebih cenderung untuk merekomendasikan
teman-temannya yang mempunyai agama, berasal dari daerah atau suku yang sama.
3. Pengiklanan (advertising)
Adalah suatu metode efektif lainnya untuk
penarikan. Ada 2 jenis iklan penarikan
yaitu wants ads dan blind ads
a. Wants
ads
Wants ads menguraikan pekerjaan dan benefits, mengidentifikasikan
perusahaan dan memberitahukan bagaimana cara untuk melamar. Jenis ini adalah
bentuk iklan penarikan yang paling umum, baik dipasang pada majalah-majalah
profesional ataupun koran-koran lokal dan nasional.
b. Blind
ads
suatu blind ads adalah wants ads yang tidak menyebutkan perusahaan. Para
pelamar yang berminat diminta untuk mengirimkan lamaran mereka ke Po Box dengan
nomor tertentu pada kantor pos atau pada perusahan surat kabar.
4. Agen-agen
penempatan tenaga kerja
Penarikan tenaga kerja juga dapat dilakukan melalui agen-agen penempatan
tenaga kerja (employment agencies) baik pemerintah maupun swasta.
5. Lembaga-lembaga
pendidikan
Pekerjaan-pekerjaan dalam perusahaan menjadi semakin teknis dan kompleks,
sehingga perusahaan makin memerlukan para sarjana lulusan pendidikan tinggi.
Sebagai konsekuensinya, banyak perusahaan melakukan usaha-usaha kursus
untuk membina dan memelihara hubungan konstruktif dengan lembaga-lembaga
pendidikan.
6. Nepotisme
Penarikan anggota keluarga merupakan komponen program-program penarikan
yang tak dapat dielakkan dalam perusahaan-perusahaan perseorangan atau keluarga.
Kebijaksanaan seperti ini tidak berkaitan dengan penarikan atas dasar kecakapan
tetapi berdasarkan kepentingan dan kesetiaan kepada perusahaan.
BAB IV
PENGEMBANGAN KARYAWAN OPERASIONAL
DAN MANAJERIAL
A. Arti
Pentingnya Pengembangan Karyawan
Efisiensi suatu
organisasi sangat tergantung pada baik buruknya pengembangan anggota organisasi
itu sendiri. Di dalam perusahaan yang berorientasi profit, tujuan ini dapat
dicapai dengan baik kalau karyawan-karyawannya dilatih secara sempurna.
Latihan-latihan yang baik diperlukan setiap saat baik karyawan baru maupun
karyawan lama. Karyawan baru yang setiap kali ditarik oleh perusahaan,
membutuhkan latihan-latihan sebelum mereka dapat menjalankan tugas-tugas yang
menjadi kewajibannya. Sedangkan bagi karyawan lama, mereka membutuhkan
latihan-latihan karena adanya tuntutan dari tugas-tugas yang sekarang, ataupun
mempersiapkan dirinya berhubung akan ditransfer atau akan dipromosikan pada
jabatan yang lain.
B. Tujuan
Pengembangan Karyawan
Tujuan pengembangan
karyawan adalah untuk memperbaiki efektifitas tugas karyawan dalam mencapai
hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektifitas kerja dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki pengetahuan karyawan, keterampilan karyawan
maupun sikap karyawan itu sendiri terhadap tugas-tugasnya.
C. Beberapa Istilah
Tentang Pengembangan Karyawan
Istilah
pengembangan diartikan sebagai sinonim dari istilah pendidikan untuk kalangan
industri. Istilah-istilah yang dipakai dalam buku maupun praktek ada tiga macam
yaitu : “Pengembangan, Latihan dan Pendidikan”.
Arti dari
pengembangan sering diartikan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan
keterampilan maupun pengetahuan umum bagi karyawan agar pelaksanaan pencapaian
tujuan lebih efisien. Dalam pengertian ini maka istilah pengembangan akan
mencakup pengertian latihan dan pendidikan yaitu sebagai sarana peningkatan
keterampilan dan pengetahuan umum bagi karyawan.
Arti latihan
ialah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam
kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Latihan membantu karyawan dalam memahami
suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya, guna meningkatkan keterampilan,
kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai
tujuannya.
Arti pendidikan
ialah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di
dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan terhadap
persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.
Dalam
prakteknya organisasi-organisasi khususnya di kalangan industri banyak
dipergunakan istilah “training”. Hal ini dapat dilihat dalam
bagian-bagian atau nama departemen-departemen yang ada dalam struktur
organisasi.
D. Latihan Untuk
Karyawan Operasional
Pada umumnya latihan
untuk karyawan operasional bertujuan agar :
1. Meningkatkan
produktivitas
2. Memperbaiki
moral
3. Mengurangi
pengawasan
4. Mengurangi
kemungkinan terjadi kecelakaan
5. Meningkatkan
kestabilan dan keluwesan organisasi
Kestabilan
organisasi menunjukkan kemampuan organisasi untuk mempertahankan efektifitasnya
meskipun kehilangan karyawan-karyawan kunci. Keluwesan organisasi menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan variasi jangka pendek akan
volume pekerjaan, dimana karyawan dimungkinkan ditransfer dari satu bagian ke
bagian yang lain.
E. Prinsip-prinsip
Latihan
1. Motivasi
Semakin tinggi motivasi seorang karyawan, semakin
cepat ia akan mempelajari keterampilan atau pengetahuan baru tersebut.
Latihan sebagai alat haruslah dihubungkan dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh para karyawan (seperti upah yang lebih baik,
kedudukan yang lebih baik dan lain sebagainya).
2. Laporan
kemajuan
Laporan kemajuan diperlukan untuk mengetahui
seberapa jauh seorang karyawan lebih memahami pengetahuan yang baru.
3. Reinforcement
Apabila suatu keterampilan sedang di pelajari,
perlulah proses belajar ini diperkuat dengan hadiah ataupun hukuman. Manajemen
haruslah bisa menentukan agar setiap hadiah dikaitkan dengan keinginan para
karyawan.
4. Praktek
Mempraktekkan apa yang dipelajari, jelas merupakan
hal yang sangat penting, sedapat mungkin para karyawan yang dilatih bisa
mempraktekkan keterampilan tersebut pada suasana pekerjaan yang sebenarnya.
5. Perbedaan
individual
Meskipun latihan kelompok sering mempunyai
kelebihan ekonomi, perlulah disadari bahwa pada hakekatnya karyawan itu berbeda
antara satu dengan yang lainnya, karenanya latihan yang efektif hendaknya
menyesuaikan kecepatan dan kerumitan dengan kemampuan masing-masing individu.
F. Berbagai
Sistem/ Metode Latihan Operasional
Secara umum
bentuk/ metode latihan untuk karyawan-karyawan operasional bisa dikelompokkan
menjadi 4 (empat) macam yaitu :
1. On The Job Training
Merupakan metode latihan yang paling
banyak digunakan. Sistem ini terutama memberikan tugas kepada atasan langsung
dari karyawan yang baru dilatih, untuk melatih mereka. Karena itu para
manajemen sering beranggapan bahwa sistem ini merupakan sistem yang ekonomis
(hemat) karena tidak perlu menyediakan fasilitas khusus untuk latihan. Tetapi
hendaknya kita perlu menyadari bahwa meskipun sistem ini mungkin merupakan
sistem yang hemat, keberhasilan sistem ini perlu juga dipertimbangkan.
2. Vestibule School
Merupakan bentuk latihan dimana
pelatihnya bukanlah para atasan langsung, tetapi pelatih-pelatih khusus (staff
specialist). Alasannya terutama adalah untuk menghindari para atasan
langsung tersebut dengan tambahan kewajiban dan memusatkan latihan hanya kepada
para ahli dalam bidang latihan.
3. Apprenticeship
(magang)
Biasa
dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan (skill) yang relatif
lebih tinggi. Program “apprenticeship”biasa mengkombinasikan on the job
training dan pengalaman dengan petunjuk-petunjuk di kelas dalam
pengetahuan-pengetahuan tertentu
4. Kursus-kursus
Khusus
Merupakan bentuk pengembangan karyawan
yang lebih mirip pendidikan daripada latihan. Kursus-kursus ini biasanya
diadakan untuk memenuhi minat dari para karyawan dalam bidang-bidang
pengetahuan tertentu .
G. Metode-Metode Pengembangan Karyawan Manajerial
Untuk tenaga manajerial, yaitu mereka
yang mempunyai wewenang terhadap orang lain. Metode-metode yang digunakan
berbeda dengan metode untuk karyawan operasional. Hal ini disebabkan karena
karakteristik kepribadian untuk para manajer berbeda dengan untuk karyawan
operasional. Diantara karakteristik kepribadian yang dianggap penting
diantaranya adalah pengetahuan yang luas, kemampuan untuk mengambil keputusan,
kepercayaan terhadap diri sendiri, kepekaan sosial dan stabilitas emosi.
Karakteristik tentang unsur kemampuan
pengambilan keputusan terdiri dari berbagai faktor kepribadian seperti
kemampuan analisis, kemampuan konsepsional logis, kreativitas, judgment
intutive, keberanian mengambil judgment, dan keterbukaan.
Metode-metode pengembangan tenaga manajerial
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
- Metode
sekolah, kuliah, ceramah yang sejenis
- Metode
diskusi
- Metode
kasus
H. Penilaian
Program-program Pengembangan Karyawan
Sebagaimana
program-program yang lain, program pengembangan karyawanpun, baik yang
operasional maupun manajerial perlu dinilai keberhasilannya. Untuk latihan
operasional perlulah diperoleh gambaran produktifitas sebelum dan sesudah
latihan, kemudian bisalah dilakukan penilaian apakah memang benar
terjadi peningkatan produktifitas. Misalnya : diukur dari tingkat produksinya,
baik kuantitas maupun kualitas. Faktor lain yang bisa diukur adalah penurunan
tingkat kecelakaan. Cukup berhasilkah program latihan tersebut mengurangi
tingkat kecelakaan ? seberapa banyak biaya yang bisa dihemat karena menurunnya angka
kecelakaan tersebut.
Latihan bagi
tenaga manajerial lebih sukar diukur keberhasilannya karena menyangkut
fakor-faktor yang lebih “abstrak”. Suatu cara untuk menentukan keberhasilan
latihan adalah dengan mengukur suatu kelompok sebelum dan sesudah latihan.
Perbandingan kemudian bisa dilakukan untuk menentukan apakah tingkah laku
organisasi (organitational behavior) seperti sikap kerjasama, kemampuan,
berkomunikasi, meningkat ataukah tidak dalam kelompok tersebut. Cara lain
adalah melakukan penilaian keberhasilan suatu program latihan lama setelah
program tersebut selesai (sekitar 6 bulan atau 1 tahun)
BAB V
PERENCANAAN KARIR
Karir adalah
semua pekerjaan (atau jabatan) yang dipunyai (dipegang selama kehidupan kerja
seseorang.
Perencanaan karir diperlukan bagi para karyawan
untuk selalu siap menggunakan kesempatan karir yang ada meskipun perencanaan
karir kadang-kadang tidak menjamin keberhasilan karir. Sikap atasan,
pengalaman pendidikan, juga nasib memainkan peranan penting dalam perencanaan
karir.
Istilah – istilah
perencanaan karir
· Karir
Suatu karir
adalah seluruh pekerjaan (jabatan) yang ditangani atau dipegang selama
kehidupan kerja seseorang.
· Jalur Karir (Carrer Path)
Suatu jalur
karir adalah pola pekerjaan-pekerjaan berurutan yang membentuk karir seseorang.
· Sasaran-sasaran karir (Carrer
Guals)
Sasaran karir
adalah posisi di waktu yang akan datang dimana seseorang berjuang untuk
mencapainya sebagai bagian dari karir.
· Perencanaan karir (Carrer
Planning)
Perencanaan
karir adalah proses melalui mana seseorang memilih sasaran karir dan jalur ke
sasaran tersebut.
· Pengembangan karir (Carrer
Development)
Pengembangan
karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk
mencapai suatu rencana karir.
A. Konsep
Karir
Istilah karir
telah digunakan untuk menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau
status mereka.
1. Karir
sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke
jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang
lebih baik dalam hirarki hubungan kerja selama kehidupan kerja seseorang.
2. Karir
sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang
sistematika dan jelas jalur karir.
Ex : profesi pemrosesan data, jalur karir umumnya
dimulai dengan operator komputer dan kemudian meningkat menjadi pemrogram
junior, pemrogram-pemrogram senior, analisis dan pemrogram junior, analisis dan
pemrogram, analisis sistem, analisis senior, pemimpin proyek, manajer
departemen sistem, dan wakil direktur bidang pelayanan informasi.
3. Karir
sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya
selama kehidupan kerja, semua orang dengan sejarah kerja disebut mempunyai
karir
B. Proses Perencanaan dan Pengembangan Karir
Untuk memperjelas proses perencanaan karir yang
terjadi dalam praktek, kita gunakan sebuah hipotesis jalur karir bagi seorang
direktur dalam industri perbankan.
Nomor Jabatan
|
Tingkat Jabatan
|
Nama Jabatan
|
Tipe perubahan jabatan
|
Lama waktu (tahun)
|
Umur terakhir
|
1.
|
Calon karyawan
|
Calon analisis kredit
|
-
|
1
|
25
|
2.
|
Karyawan
|
Analisis kredit
|
Promosi
|
4
|
29
|
3.
|
Karyawan
|
Pembantu kepala analisis
|
Promosi
|
2
|
31
|
4.
|
Supervisory
|
Kepala analisis kredit
|
Promosi
|
3
|
34
|
5.
|
Supervisory
|
Kepala administrasi
|
Transfer
|
3
|
37
|
6.
|
Manajemen
|
Wakil pemimpin cabang kecil
|
Promosi
|
3
|
40
|
7.
|
Menjalani pendidikan tambahan
|
1
|
41
|
||
8.
|
Manajemen
|
Wakil pemimpin cabang besar
|
Transfer
|
1
|
42
|
9.
|
Manajemen
|
Pemimpin cabang kecil
|
Promosi
|
2
|
44
|
10.
|
Manajemen
|
Pemimpin cabang besar
|
Transfer
|
3
|
47
|
11.
|
Manajemen
|
Kepala bagian kredit
|
Promosi
|
3
|
50
|
12.
|
Eksekutif
|
Wakil direktur bidang operasi
|
Promosi
|
2
|
52
|
13.
|
Eksekurif
|
Direktur
|
Promosi
|
4
|
56
|
Pensiun
|
C. Manfaat Perencanaan Karir
1. Mengembangkan
para karyawan yang dapat dipromosikan
Perencanaan
karir membantu untuk mengembangkan suplai karyawan internal
2. Meningkatkan
potensi karyawan
Perencanaan karir mendorong para karyawan untuk lebih
menggali kemampuan-kemampuan potensial mereka karena mereka mempunyai
sasaran-sasaran karir tertentu
3. Mendorong
pertumbuhan
Berbagai rencana dan sasaran karir memotivasi para
karyawan untuk tumbuh dan berkembang
4. Mengurangi
penimbunan
Tanpa perencanaan karir, para manajer akan mudah
menimbun bawahan-bawahan kunci yang berketerampilan dan berprestasi kerja
tinggi. Perencanaan karir menyebabkan karyawan, manajer dan departemen
personalia menjadi sadar akan kualifikasi karyawan.
5. Memuaskan
kebutuhan karyawan
Dengan sedikit penimbunan dan meningkatnya
kesempatan untuk tumbuh bagi karyawan, kebutuhan-kebutuhan dan penghargaan
individual, seperti penghargaan dan prestasi, akan lebih terpuaskan.
6. Membantu
pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui
Perencanaan karir dapat membantu para anggota
kelompok agar siap untuk jabatan-jabatan yang lebih penting. Persiapan ini akan
membantu pencapaian rancana-rencana kegiatan yang telah disetujui.
7. Menurunkan
perputaran karyawan
Perencanaan terhadap karir individual akan
meningkatkan kesetiaan organisasi dan oleh karena itu menurunkan perputaran
karyawan.
BAB VI
PENILAIAN PRESTASI KERJA
A. Pengertian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja (performance
appraisas) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi
atau menilai prestasi kerja karyawan.
Kegiatan ini dapat memperbaiki
keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka. Kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Perbaikan prestasi
kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan manajer dan departemen
personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki
prestasi.
2. Penyesuaian dan
kompensasi
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan
kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya
3. Keputusan dan
penempatan
Promosi, transfer dan promosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa
lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap
prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan-kebutuhan
latihan dan pengembangan
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian
juga, prestasi kerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus
dikembangkan.
5. Perencanaan dan
pengembangan karir
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang
jalur karir tertentu yang harus diteliti.
6. Penyimpangan-penyimpangan
proses staffing
Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan
prosedur staffing departemen personalia
7. Ketidak akuratan
informasional
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam
informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau
komponen-komponen lain sistem informasi manajemen personalia. Menggantungkan
diri pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan
personalia yang diambil tidak tepat.
8. Kesalahan-kesalahan
desain pekerjaan
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam
desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan
tersebut.
9. Kesempatan kerja
yang adil
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internal diambil tanpa diskriminasi
10. Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar
lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau
masalah-masalah pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi departemen personalia
mungkin dapat menawarkan bantuan.
B. Persiapan Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian hendaknya memberikan suatu
gambaran akurat mengenai prestasi kerja karyawan untuk mencapai tujuan ini.
Sistem-sistem penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job-related),
praktis, mempunyai standar-standar dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat
dihandalkan.
Job related berarti bahwa
sistem menilai perilaku-perilaku kritis yang mewujudkan keberhasilan
perusahaan. Sedangkan suatu sistem disebut praktis bila dipahami atau
dimengerti oleh para penilai dan karyawan.
Disamping harus “job relation”
dan praktis, evaluasi prestasi kerja memerlukan standar-standar pelaksanaan
kerja (performance standars), agar efektif standar hendaknya berhubungan
dengan hasil-hasil yang diinginkan pada setiap pekerjaan. Evaluasi juga
memerlukan ukuran-ukuran prestasi kerja yang diandalkan (performance
measures). Berbagai ukuran ini, agar berguna harus mudah digunakan,
reliabel dan melaporkan perilaku-perilaku kritis yang menentukan prestasi
kerja.
C. Sistem-Sistem Penilaian Prestasi Kerja Tradisional
Ada beberapa sistem pengukuran prestasi
kerja para karyawan. Sistem-sistem ini mempunyai dasar yang sama dengan
sistem-sistem untuk penilaian jabatan (evaluasi jabatan). Meskipun demikian
perlulah disadari bahwa kedua jenis penilaian ini mempunyai tujuan yang cukup
berbeda. Penilaian prestasi kerja lebih ditujukan untuk menentukan baik
tidaknya seorang karyawan untuk bisa dipakai sebagai dasar promosi misalnya.
Sedangkan penilaian jabatan ditujukan untuk menentukan harga suatu jabatan,
yang pada akhirnya nanti akan disusun struktur upah yang adil dan layak.
Sistem-sistem penilaian prestasi kerja
diantaranya adalah :
1. Rating
scale
2. Checklist
3. Metode
peristiwa kritis
4. Field
review method
1. Rating
Scale
Bentuk penilaian
prestasi kerja yang tertua dan paling banyak digunakan adalah rating scale.
Pada metode ini, evaluasi subyektif dilakukan oleh penilai terhadap prestasi
kerja karyawan dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi. Seperti
ditunjukkan dalam tabel 6-1, evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai,
yang membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan faktor-faktor (kriteria)
yang dianggap penting bagi pelaksanaan kerja tersebut. Dalam banyak kasus,
kriteria ini mungkin juga tidak berhubungan langsung dengan pelaksanaan kerja.
|
Tabel 6-1 Contoh Rating Scale untuk evalusai prestasi kerja
Formulir penilaian biasanya diisi oleh atasan langsung dengan menanda
tanggapan yang paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan kerja.
Tanggapan-tanggapan penilai bisa diberikan dengan nilai-nilai numerik agar
memungkinkan skor rata-rata dihitung dan diperbandingkan di antara para
karyawan.
Kelebihan
metode Rating Ccale
* Tidak mahal dalam
penyusunan dan administrasinya
* Penilai hanya
memerlukan sedikit latihan
* Tidak memakan waktu
* Dapat diterapkan untuk
jumlah karyawan yang besar
Kelemahan
metode Rating Scale
- Kesulitan
dalam menentukan kriteria yang relevan dengan pelaksanaan kerja, apalagi kalau
formulir akan diterapkan untuk semua pekerjaan
- Formulir
dan prosdur yang distandarisasikan tidak selalu berhubungan dengan pelaksanaan
kerja
2. Checklist
Metode penilaian checklist dimaksudkan untuk mengurangi beban penilai,
penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggambarkan
prestasi kerja dan karakteristik-karakteristik karyawan. Penilai biasanya
adalah atasan langsung (sama halnya dengan metode Rating Scale). Metode
checklist bisa memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara akurat, bila
daftar penilaian berisi item-item yang memadai. Meskipun metode ini praktis dan
terstandarisasi, penggunaan kalimat-kalimat yang umum mengurangi keterkaitan
dengan pekerjaan. Metode checklist pada item-item diberikan bobot penilaian.
|
Tabel 6-2 contoh werighted performance cheklist
Kebaikan
metode checklist
♣ Ekonomis
♣ Mudah administrasinya
♣ Latihan bagi penilai terbatas
♣ Terstandarisasi
Kelemahan
metode checklist
- Penggunaan
kriteria kepribadian disamping kriteria prestasi kerja
- Kemungkinan
terjadinya bias penilai
- Interprestasi
salah terhadap item-tem checklist
- Penggunaan
bobot yang tidak tepat
3. Metode Peristiwa
Kritis
Metode peristiwa kritis (Critical incident method) merupakan
penilaian yang mendasarkan pada catatan-catatan penilai yang menggambarkan
perilaku karyawan sangat baik atau sangat jelek dalam kaitannya dengan
pelaksanaan kerja.
Metode peristiwa kritis sangat berguna dalam memberikan umpan balik kepada
karyawan dan mengurangi kesalahan kesan terakhir. Kelemahan metode ini adalah
bahwa para atasan sering tidak berminat mencatat peristiwa-peristiwa kritis
atau cenderung mengada-ada dan bersifat subyektif
4. Field Review Method
(Metode peninjauan lapangan)
Agar tercapai penilaian yang lebih terstandarisasi, banyak perusahaan
menggunakan metode peninjauan lapangan (field review method). Dengan
metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan membantu
para penyelia dalam penilaian mereka.
Spesialis personalia mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung
tentang prestasi kerja karyawan, kemudian ahli itu mempersiapkan evaluasi atas
dasar informasi tersebut, evaluasi dikirim kepada penyelia untuk review,
perubahan, persetujuan dan pembahasan dengan karyawan yang dinilai.
Spesialis personalia bisa mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian
apapun yang digunakan perusahaan.
D. Metode-metode
Penilaian Berorientasi Masa Depan
1. Penilaian
diri (self –appraisals)
Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi
adalah untuk melanjutkan pengembangan diri. Bila karyawan menilai dirinya,
perilaku defensif cenderung tidak terjadi, sehingga upaya perbaikan diri juga
cenderung dilaksanakan.
2. Penilaian
psikologis (psychological appraisals)
Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara
mendalam, tes-tes psikologi, diskusi dengan atasan langsung dan review
evaluasi-evaluasi lainnya. Penilaian psikologis, biasanya dilakukan oleh para
psikolog terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan diwaktu yang akan
datang
3. Pendekatan management by
objectives (MBO).
Inti pendekatan MBO adalah bahwa setiap karyawan dan penyelia secara
bersama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang
akan datang, kemudian dengan menggunakan sasaran-sasaran tersebut, penilaian
prestasi kerja dilakukan secara bersama-sama pula.
4. Teknik pusat
penilaian
Untuk membantu identifikasi “talenta”
manajemen di waktu yang akan datang, banyak perusahaan besar mempunyai
pusat-pusat penilaian.
Assessment centers adalah suatu bentuk
penilaian karyawan yang distandarisasikan dimana tergantung pada berbagai tipe
penilaian dan penilai.
E. Implikasi Penilaian Prestasi Kerja
Proses penilaian prestasi kerja
menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja karyawan di waktu yang lalu dan
atau prediksi di waktu yang akan datang. Ketepatan penilaian terutama
tergantung pada berbagai standar, ukuran dan teknik evaluasi yang dipilih.
Bagaimanapun juga proses penilaian ini kurang mempunyai nilai bila para karyawan
tidak menerima umpan balik mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa umpan balik
perilaku karyawan tidak akan dapat diperbaiki. Oleh karena itu, bagian kritis
proses penilaian adalah wawancara evaluasi. Wawancara evaluasi adalah
periode peninjauan kembali prestasi kerja yang memberikan kepada para karyawan
umpan balik tentang prestasi kerja di masa lalu dan potensi mereka. Penilai
bisa memberi umpan balik ini melalui beberapa pendekatan : 1. Tell
and Sell Approach
Mereview prestasi kerja karyawan dan mencoba meyakinkan karyawan untuk
berprestasi lebih baik. Pendekatan ini paling baik digunakan untuk para
karyawan baru.
2. Tell and Listen
Approach
Memungkinkan karyawan untuk menjelaskan berbagai
alasan, latar belakang dan perasaan defensif mengenai prestasi kerja. Ini
bermaksud untuk mengatasi reaksi-reaksi tersebut dengan konseling tentang
bagaimana cara berprestasi yang baik.
3. Problem
Solving Approach
Mengidentifikasi masalah-masalah yang mengganggu
prestasi kerja karyawan. Kemudian melalui latihan, konseling, upaya-upaya
dilakukan untuk pemecahan
penyimpangan-penyimpangan.
BAB VII
PEMBERIAN KOMPENSASI
Perusahaan
dapat memberi penghargaan kepada karyawan dalam bentuk finansial maupun non
finansial, penghargaan finansial meliputi pemberian gaji/ upah, tunjangan,
jaminan asuransi, pembagian keuntungan, bonus dan pensiun. Sedangkan
penghargaan non finansial meliputi kondisi kerja yang baik, penghargaan atas
prestasi.
Kompensasi
dapat memiliki arti berlainan, tergantung pada perspektif masing-masing.
Sebagian karyawan mengidentifikasikan kompensasi sebagai imbalan bagi pekerjaan
yang telah diselesaikan karyawan tersebut dan karyawan lain mungkin menganggap
kompensasi sebagai nilai yang diletakkan perusahaan pada keahlian atau
kemampuan karyawan. Dalam hal ini arti kompensasi memang lebih luas daripada
pengertian gaji/ upah.
Kompensasi
dapat diartikan sebagai semua bentuk pengembalian (return) finansial dan
tunjangan-tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan
kepegawaian. Kompensasi meliputi imbalan monetee (ekstrinsik) dan imbalan
intrinsik organisasi (pengakuan, pemberian kesempatan untuk promosi, tantangan
kesempatan kerja). Sedangkan arti upah menurut Edwin B. Flippo adalah harga
untuk jasa-jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang
lain.
A. Imbalan
Intrinsik dan Ekstrinsik
Dalam pemberian
kompensasi terdapat dua kategori imbalan yaitu :
- Imbalan
Intrinsik
Jenis imbalan ini adalah berasal dari individu
sendiri dan melekat pada aktivitas mereka serta pelaksanaannya tidak tergantung
pada kehadiran atau tindakan dari orang lain. Misalnya kepuasan pribadi atas
keberhasilan menyelesaikan pekerjaan dengan baik, perasaan senang karena diberi
otonomi dalam bekerja dan perasaan pertumbuhan/ perkembangan pribadi karena
kesuksesan yang telah dicapai. Melihat hal tersebut maka organisasi harus dapat
merancang pekerjaan bagi karyawannya sedemikiannya sehingga dapat menumbuhkan imbalan
intrinsik tersebut.
- Imbalan
Ekstrinsik
Imbalan ini berasal dari luar yang diberikan kepada
tenaga kerja untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja mereka. Pemberian ini
dapat berwujud gaji/ upah, bonus, pembagian keuntungan (finansial) selain itu
dapat pula berupa pemberian non finansial seperti ; pujian, promosi, asuransi,
pensiun, lingkungan kerja yang bagus dan hubungan antara teman yang
komunikatif.

Gambar 13.3 : Komponen-komponen
Program Kompensasi
B. Tujuan Pemberian
Kompensasi
a) Menarik
karyawan untuk bekerja
Perusahaan harus dapat memberikan kompensasi baik
finansial maupun yang non finansial secara kompetitif bagi tenaga kerja agar
calon tenaga kerja tertarik untuk bekerja pada perusahaan, meskipun ada
sebagian perusahaan yang menganggap bahwa upah/ gaji bukan faktor penentu dalam
pemilihan pekerjaan.
b) Menahan
karyawan agar tidak berpindah pekerjaan
Karyawan-karyawan yang produktif sudah selayaknya
untuk dipertahankan agar tidak berpindah pekerjaan. Salah satu upaya untuk
menahan mereka yaitu dengan memberikan kompensasi yang adil dan layak sehingga
kayawan akan terbebas dari rasa tertekan dan sebaliknya mereka merasa puas
dalam bekerja.
c) Memberi
motivasi kerja
Apabila imbalan didistribusikan secara adil kepada
karyawan maka mereka akan termotivasi untuk rajin bekerja. Oleh karenanya
pemberian gaji/ kompensasi harus dirancang agar dapat memberi keadilan
internal, eksternal dan keadilan individu. Keadilan eksternal yaitu bahwa
pemberian upah/ gaji sepadan dengan penggajian yang diberikan perusahaan
sejenis pada para tenaga kerja eksternal. Faktor lain yang mempengaruhinya
adalah standar minimal yang berlaku, serikat pekerja, kondisi finansial
perusahaan dan kondisi perekonomian pada umumnya.
Keadilan internal merupakan ukuran bahwa tingkat
gaji itu sesuai dengan nilai pekerjaan internal bagi perusahaan dan ini
dipengaruhi oleh komponen deskripsi spesifikasi atau standar pekerjaan.
Sedangkan keadilan individu memberi arti bahwa,
individu-individu di dalam organisasi merasa diperlakukan secara wajar dengan
rekan sekerja mereka. Teori keadilan menyatakan bahwa, setiap individu akan
membuat perbandingan sosial dalam menilai imbalan dan status masing-masing.
Seorang individu akan membuat perbandingan tentang dirinya seperti pengalaman
kerja, senior, keahlian, usia, upaya, tingkat pendidikan dan loyalitas terhadap
gaji yang diperolehnya. Demikian juga ia akan menilai suatu pekerjaan yang
dipikul seperti, tingkat kesulitan, rentang waktu dan besarnya tanggung jawab
terhadap gaji yang diterimanya.
Dari uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap karyawan akan menentukan
pengharapan-pengharapan mengenai kompensasi sesuai dengan kinerjanya. Level
kinerja yang tinggi juga mengharapkan level kompensasi yang tinggi pula.
Program-program
kompensasi penting bagi perusahaan, karena mencerminkan upaya perusahaan untuk
mempertahankan sumber daya manusia. Apabila pengupahan dan penggajian tidak
diadministrasikan secara tepat, perusahaan bisa kehilangan para karyawan yang
baik dan harus mengeluarkan biaya untuk menarik, menyeleksi, melatih dan
mengembangkan penggantinya. Bahkan bila karyawan tidak keluar, mereka mungkin
menjadi tidak puas terhadap perusahaan dan menurunkan produktivitas mereka.
C. Tujuan-tujuan
Administrasi Kompensasi
1. Memperoleh
personalia yang qualified
Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk
menarik para pelamar, karena perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja,
tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai dan permintaan tenaga
kerja, kadang-kadang tingkat gaji yang relatif tinggi diperlukan untuk menarik
para pelamar cakap yang sudah bekerja di berbagai perusahaan lain.
2. Mempertahankan
para karyawan yang ada sekarang
Bila tingkat kompensasi tidak kompetitif niscaya
banyak karyawan yang baik akan keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan,
pengupahan harus dijaga agar tetap kompetitif dengan perusahaan-perusahaan
lain.
3. Menjamin
keadilan
Administrasi pengupahan dan penggajian berusaha
untuk memenuhi prinsip keadilan. Keadilan atau konsistensi internal dan
eksternal sangat penting diperhatikan dalam penentuan tingkat kompensasi.
4. Menghargai
perilaku yang diinginkan
Kompensasi hendaknya mendorong perilaku-perilaku
yang diinginkan prestasi kerja yang baik ; pengalaman, kesetiaan, tanggung
jawab baru dan perilaku-perilaku lain yang dapat dihargai melalui rencana
kompensasi yang efektif.
5. Mengendalikan
biaya-biaya
Suatu program kompensasi yang rasional membantu
organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusia pada
tingkat biaya yang layak. Tanpa struktur pengupahan dan penggajian sistematika
organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada
para karyawannya.
D. Tantangan-tantangan
yang Mempengaruhi Kebijaksanaan Kompensasi
Penentuan
besarnya kompensasi dipengaruhi oleh beberapa tantangan
implikasi. Ketergantungan ini bisa memaksa departemen personalia
untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian lebih lanjut terhadap kebijaksanaan
kompensasi perusahaan. Diantara tantangan-tantangan tersebut adalah :
1. Suplai
dan permintaan tenaga kerja
Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus dibayar
lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh nilai relatifnya karena desakan
kondisi pasar
2. Serikat
karyawan
Lemah atau kuatnya serikat karyawan mencerminkan
kemampuan organisasi karyawan tersebut untuk menggunakan pengaruh mereka pada
penentuan tingkat kompensasi. Semakin kuat kekuatan serikat berarti semakin
kuat posisi perundingan karyawan dalam penetapan tingkat upah mereka.
3. Produktifitas
Perusahaan harus memperoleh laba untuk menjaga
kelangsungan hidup dan tumbuh. Tanpa hal ini perusahaan tidak dapat membayar
para karyawannya melebihi kontribusi mereka kepada perusahaan melalui
produktivitas.
4. Kesedian
untuk membayar
Perusahaan sebenarnya ingin membayar kompensasi
secara adil dan layak, untuk itu karyawan seharusnya melakukan pekerjaan sesuai
dengan upah yang mereka terima. Manajemen perlu mendorong para karyawan untuk
meningkatkan produktifitas mereka agar kompensasi yang lebih tinggi dapat
dibayarkan.
5. Berbagai
kebijaksanaan pengupahan dan penggajian
Semua organisasi mempunyai
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mempengaruhi pengupahan dan penggajian. Salah
satu kebijaksanaan umum adalah memberikan kenaikan upah yang sama besarnya
kepada karyawan anggota serikat buruh atau bukan anggota serikat, kebijaksanaan
pembayaran bonus (premi) di atas upah dasar, menetapkan kenaikan kompensasi
secara otomatis bila indeks biaya bidup naik.
6. Kendala-kendala
pemerintah


PEMELIHARAAN TENAGA KERJA
Pada
kenyataannya bahwa semakin besar suatu organisasi akan semakin kompleks hubungan
antar individu dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Hal ini akan nampak
berlainan manakala kita mengamati hubungan antar individu pada perusahaan
kecil. Hubungan mereka disini masih nampak kekeluargaan atau kurang formal.
Seringkali antara tujuan perusahaan dengan tujuan individu terjadi kesenjangan.
Oleh karena itu perusahaan perlu mengaktifkan fungsi integrasi yaitu seluruh
aktivitas untuk memahami motif dan sifat-sifat karyawan sekaligus mengetahui
kebutuhan mereka. Dengan kata lain diadakan penyesuaian antara kepentingan
individu dengan kepentingan perusahaan sehingga akan terjadi keselarasan di
dalam mencapai tujuan perusahaan.
Manajer sebagai
motivator harus pandai memberi pengarahan agar kesenjangan tersebut dapat
dikurangi atau ditiadakan sehingga dalam hal ini diperlukan fungsi operasional
yaitu mempertahankan karyawan.
v Pengertian Mempertahankan Kondisi
Karyawan
Pada dasarnya
fungsi mempertahankan kondisi karyawan tidak hanya berarti mencegah keluarnya
karyawan yang telah ditarik/ diterima perusahaan, tetapi lebih luas dari itu.
Dalam kondisi yang mampu/ cakap dan bersedia bekerjasama ini perusahaan
selayaknya mempertahankan sikap kerja sama dan kecakapan bekerja para karyawan.
Dalam
mempertahankan atau memelihara kondisi yang sudah baik tersebut perusahaan
dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang sedemikian rupa dapat membantu sikap
maupun kecakapan yang telah dimiliki para karyawam. Berdasarkan kondisi yang
dimiliki para karyawan, maka kegiatan atau program perusahaan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu ;
(1) Untuk
mempertahankan kondisi fisik karyawan bisa disiapkan program
keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Untuk
mempertahankan sikap kerja sama bisa disiapkan program pelayanan dalam
beberapa/ berbagai bentuk kegiatan (service program)
(1) Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara
historis, pandangan manusia terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkembang dari yang sederhana ke pandangan yang didasari konsep sistem yang
kompleks.
Secara
terperinci pandangan-pandangan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor
nasib dari para karyawan yang terkena kecelakaan
Pada masa ini tidak ada upaya rasional untuk
mencegah terjadinya kecelakaan jangan sampai terulang
b) Faktor
lingkungan phisik para karyawan, seperti mesin, gedung, ruangan, peralatan.
Pada
masa ini upaya preventif lebih diarahkan pada pemasangan fasilitas-fasilitas
yang sifatnya melindungi, mengendalikan dan mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Faktor
kelalaian manusia, seperti ceroboh, mengantuk, mabuk atau tidak mampu
melaksanakan tugas/ pekerjaan.
Pada masa ini, perhatian dan perbaikan lebih
diarahkan pada peningkatan kesadaran dan tindakan manusianya.
d) Faktor
ketidak-serasian kombinasi faktor-faktor produksi yang dikelola dalam
perusahaan.
Pada masa ini, seluruh kejadian/ kecelakaan di
perusahaan menjad tanggung jawab manajemen, sehingga cara mengatasi lebih
bersifat preventif dengan mengelola program keselamatan dan kesehatan kerja
serta program pelayanan secara terpadu.
Dengan melihat
permasalahan keselamatan kerja melalui pendekatan sistem, maka dapat diterima
bahwa yang menjadi penyebab kecelakaan adalah karena adanya kelemahan dan
ketidak serasian dalam sistem manajemen. Dengan berubahnya pandangan yang
diarahkan pada sifat preventif atau pencegahan, maka fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan
perusahaan diperlukan untuk mencapai tujuan.
- Usaha yang
bersifat preventif atau mencegah
Preventif artinya mencegah dan/ atau mengendalikan sumber-sumber bahaya
yang terdapat di tempat kerja sehingga berakibat tidak atau kurang membahayakan
para karyawan
Langkah-langkah
pencegahan itu dapat dibedakan sebagai berikut :
(1) Substitusi
(2) Isolasi
(3) Pengendalian
secara teknis
(4) Pemakaian
Alat Pelindung Perorangan
(5) Mendeteksi
sumber bahaya dan sarana pengaman/ pelindung
(6) Petunjuk
dan peringatan di tempat kerja
(7) Latihan
dan pembinaan bagi karyawan
- Usaha
yang bersifat represif atau kuratif
Telah dikemukakan di atas bahwa pengawasan
keselamatan kerja lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan preventif. Walaupun
demikian dalam praktek kegiatan yang bersifat represif kuratif sagat penting
diperhatikan.
Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi
kejadian yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat
kerja. Kejadian itu dapat berbentuk kecelakaan yang langsung mengenai diri/
tubuh para karyawan maupun kebakaran, tersebarnya gas beracun, dan kejadian
yang berbahaya lain di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian
lainnya sangat dirasakan arti persiapan fasilitas dan mental para karyawan
dalam menghadapi dan mengatasinya. Kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif
sangat berhubungan erat. Bagi karyawan paling tidak mengetahui fasilitas yang
ada, mampu menggunakan fasilitas, dan mempunyai tanggung jawab terhadap
tugasnya masing-masing.
Usaha mencegah
dan mengatasi kecelakaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari usaha
memelihara kesehatan para karyawan, karena usaha-usaha tersebut saling kait
mengkait. Kondisi kesehatan fisik/ mental seorang karyawan dapat berakibat pada
terjadinya kecelakaan, walaupun karyawan tersebut sudah menggunakan alat
pelindung. Sebaliknya lingkungan fisik yang jelek tidak hanya berakibat pada keselamatan
karyawan, tetapi tanpa disadari dapat mempengaruhi fisik dan mentalnya.
Hal ini
terutama pada perusahaan yang menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya
seperti air raksa, fiber glass dan sebagainya. Untuk jenis perusahaan ini perlu
memperhatikan keamanan dan kebersihan lingkungan kerjanya agar karyawan tidak
menerima dampak negatif adanya pencemaran lingkungan atau lebih jauh lagi
terjadi kecelakaan kerja karena kurangnya pengamanan kerja. Apabila sering
terjadi kecelakaan kerja atau karyawan sakit karena lingkungan kerja yang buruk
maka semua program yang telah diselenggarakan sebelumnya seperti pendidikan dan
pelatihan akan sia-sia sebab tingkat absensi karyawan menjadi tinggi.
Program
kesehatan tenaga kerja dapat diselenggarakan dengan melakukan pemeriksaan rutin
atau penyediaan alat-alat dan staf medis yang memadai di perusahaan. Perusahaan
dapat pula mengadakan kerja sama dengan dokter atau rumah sakit di luar
perusahaan untuk mendukung program kesehatan kerja ini.
(2) Program
Pelayanan Karyawan
Program ini
diharapkan dapat membantu meningkatkan semangat kerja karyawan. Program ini
dapat berupa :
- Bantuan
untuk kesejahteraan karyawan (pemberian pinjaman uang, perumahan, transportasi,
pembelian lewat koperasi).
- Penyelenggaraan
rekreasi, olahraga secara terprogram
- Pemberian
fasilitas lain bagi karyawan.
Manfaat diselenggarakannya rogram ini diantaranya
(Heidjrachman dan Suad Husnan, 1990 : 1990 : 26a)
1. Penarikan
tenaga kerja yang lebih efektif
2. Memperbaiki
semangat dan kesetiaan karyawan
3. Menurunkan
tingkat absensi dan perputaran tenaga kerja
4. Memperbaiki
hubungan masyarakat
5. Mengurangi
pengaruh organisasi serikat pekerja
6. Mengurangi
campur tangan pemerintah
BAB IX
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pada hakekatnya
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya :
1. Pengunduran diri dari pihak
karyawan
2. Pemberhentian dari pihak
perusahaan
a. Pemberhentian sementara (lay
off)
b. Pemecatan (fired)
c. Penempatan ke luar
(out placement)

e. Pemensiunan (retirement)
1. Pengunduran diri dari pihak karyawan
Karyawan dapat mengajukan pengunduran
diri dari pekerjaannya karena alasan pribadi, tidak cocok dengan pimpinan atau
manjemen maupun tidak menyenangi lingkungan kerja. Pengunduran diri ini dapat
juga dikarenakan karyawan merasa mempunyai kesalahan dan daripada dipecat dari
jabatannya maka secara sukarela dia mengajukan diri.
2 Pemberhentian dari pihak perusahaan
Hukuman yang paling keras diberikan
oleh perusahaan kepada karyawan adalah pemberhentian (termination).
Apabila perusahaan memiliki serikat pekerja maka prosedur pemberhentiannya
biasanya ditentukan secara jelas dalam suatu perjanjian kerja. Pada perusahaan
kecil, proses pemberhentian dapat berlangsung secara informal. Terlepas dari
besar kecilnya perusahaan, sebaliknya karyawan diberitahukan sebelumnya alasan
ia diberhentikan dan mulai kapan diberlakukannya pemberhentian
tersebut.
a. Pemberhentian
sementara (lay off)
Pada waktu omset
perusahaan menurun tajam misalkan pada waktu terjadi krisis ekonomi atau
sebab-sebab lain, maka tidak ada piliha lain keculai memberhentikan sementara
atau merumahkan karyawannya. Disini karyawan masih punyai ikatan dengan
perusahaan. Hal ini berbeda dengan pemecatan, dimana karyawan telah putus
hubungan dengan perusahaan dan mereka bebas mencari pekerjaan lain. Biasanya
untuk menarik kembali karyawan yang dirumahkan telah diatur dalam perjanjian,
termasuk urutan (senioritas) karyawan yang diprioritaskan dipanggil
terlebih dahulu
b. Pemecatan (fired)
Tindakan ini
sebenarnya dilakukan perusahaan sudah merupakan pilihan terakhir dan sebelumnya
harus telah didahului dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati,
sanksi-sanksi yang akan diberikan jika melanggar, seperti misalnya skorsing dan
karyawan juga telah diberi peringatan-peringatan. Pelanggaran-pelanggaran yang
pada umumnya dilakukan karyawan diantaranya :
- Lalai
dalam melaksanakan tugas (sering tidak hadir tanpa ijin)
- Inefisiensi
dalam bekerja
- Suka
membuat keributan di tempat kerja
- Melakukan
kecurangan, manipulasi, pencurian
Hal-hal tersebut yang akhirnya dapat menyebabkan
adanya tindakan pemecatan dari perusahan
c. Penempatan
ke luar (outplacement )
Dalam hal ini
karyawam diberhentikan tetapi perusahaan membatu penempatan ke luar atau
dicarikan pekerjaan lain, terutama untuk karyawan yang telah lama bekerja.
Pemberhentian ini disebabkan dari pihak perusahaan melakukan pengurangan
karyawan dan bukan karena karyawan tersebut melakukan kesalahan atau kurang
cakap dalam bekerja.
d. Demosi
(sebagai alternatif pemberhentian)
Maksud demosi
disini adalah proses untuk memindahkan karyawan ke tingkat pekerjaan yang
tanggung jawabnya lebih rendah dan akan diikuti pula dengan pengurangan upah/
gaji. Seorang karyawan mungkin menjadi kurang terampil dengan berkembangnya
teknologi baru atau karena usia semakin lanjut, maka demosi merupakan alternatif
pemberhentian.
e. Pemensiunan
Karyawan yang
telah memasuki usia tertentu akan berhenti bekerja atau meninggalkan perusahaan
karena pensiun. Memasuki masa pensiun ini karyawan akan mendapatkan tunjangan
pensiun yang dibayarkan setiap bulan maupun berupa pesangon sekaligus. Karyawan
dapat pula mengajukan pensiun sebelum waktunya (pensiun muda) karena alasan
pribadi atau perusahaan menghendaki karyawan dipensiunkan lebih awal karena ada
pengurangan staf.
BAB X
KEPUASAN KERJA, STRESS DAN DISIPLIN
Ada banyak
faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan, karyawan bekerja dengan
produktif atau tidak tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress,
kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek
ekonomi, teknis serta keperilakuan lainnya. Pemahaman terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas ini sangat penting karena fungsi-fungsi
personalia dapat memiliki faktor-faktor peningkatan produktivitas yang sesuai
dengan situasi tertentu.
A. Kepuasan
Kerja
Kepuasan kerja
(job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.
1. Fungsi
Kepuasan Kerja
Para
karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja akan melaksanakan pekerjaan dengan
lebih baik. Dalam banyak kasus memang sering ada hubungan positif antara
kepuasan tinggi dan prestasi kerja tinggi, tetapi tidak selalu cukup kuat dan
berarti (signifikan). Ada banyak karyawan dengan kepuasan kerja tinggi
tidak menjadi karyawan yang produktivitasnya tinggi, tetapi tetap hanya sebagai
karyawan rata-rata. Kepuasan kerja itu sendiri, bukan merupakan suatu motivasi
kuat. Bagaimanapun juga, kepuasan kerja perlu untuk memelihara karyawan agar
lebih tanggap terhadap lingkungan motivasional yang diciptakan. Dalam
kenyataannya, banyak pendapat yang mengemukakan bahwa kepuasan kerja yang lebih
tinggi terutama dihasilkan oleh prestasi kerja.
Prestasi
kerja lebih baik mengakibatkan penghargaan yang lebih tinggi. Bila penghargaan
tersebut dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja karyawan akan
meningkat karena menerima penghargaan dalam proporsi yang sesuai dengan
prestasi kerja mereka. Dilain pihak, bila penghargaan dipandang tidak mencukupi
untuk suatu tingkat prestasi kerja mereka, ketidakpuasan kerja cenderung
terjadi. Kondisi kepuasan atau ketidakpuasan kerja tersebut selanjutnya menjadi
umpan balik yang akan mempengaruhi prestasi kerja di waktu yang akan datang.
Jadi hubungan prestasi dan kepuasan kerja menjadi suatu sistem yang berlanjut (continue).
Kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan,
terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam lingkungan kerja
perusahaan.
2. Kepuasan
Kerja, Perputaran Karyawan dan Absensi
Meskipun
hanya merupakan salah satu faktor dari banyak faktor pengaruh lainnya, kepuasan
kerja mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi. Perusahaan bisa
mengharapkan bahwa bila kepuasan kerja meningkat, perputaran karyawan dan
absensi menurun atau sebaliknya. Seperti ditunjukkan dalam gambar 10.2,
kepuasan kerja yang lebih rendah biasanya akan mengakibatkan perputaran karyawan
lebih tinggi. Mereka lebih mudah meninggalkan perusahaan dan mencari kesempatan
di perusahaan lain. Hubungan serupa berlaku juga untuk absensi para karyawan
yang kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih sering absen. Mereka
sering tidak merencanakan untuk absen, tetapi ada berbagai alasan untuk absen.
Untuk mereka lebih mudah menggunakan alasan-alasan tersebut.
3. Kepuasan
Kerja, Umur dan Jenjang Pekerjaan
Semakin
tua umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan-pekerjaan
mereka. Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi kepuasan kerja mereka.
Seperti pengharapan-pengharapan yang lebih rendah dan penyesuaian-penyesuaian
lebih baik terhadap situasi kerja karena mereka lebih berpengalaman. Para
karyawan yang lebih muda dilain pihak cenderung kurang terpuaskan, karena
berbagai pengharapan yang lebih tinggi, kurang penyesuaian dan
penyebab-penyebab lainnya. Tentu saja ada pengecualian tetapi banyak studi yang
membuktikan bahwa kepuasan kerja yang tinggi dipengaruhi oleh umum. Hubungan
umum ini ditunjukkan dalam gambar 10.3, dimana model hubungan tersebut
diterapkan baik untuk karyawan pria maupun wanita dan untuk manajer maupun
karyawan.
Gambar 10.3 di
atas juga menunjukkan bahwa orang-orang dengan jenjang pekerjaan yang lebih
tinggi cenderung lebih mendapatkan kepuasan kerja. Mereka biasanya memperoleh
kompensasi lebih baik, kondisi kerja lebih nyaman dan pekerjaan-pekerjaan
mereka memungkinkan penggunaan segala kemampuan yang mereka punyai sehingga
mereka mempunyai alasan-alasan untuk lebih terpuaskan sebagai contoh dalam
praktek para karyawan terampil cenderung memperoleh kepuasan kerja lebih besar
daripada karyawan tidak terampil.
4. Besar
Organisasi dan Kepuasan Kerja
Ukuran
organisasi cenderung mempunyai hubungan secara berlawanan dengan kepuasan
kerja. Semakin besar organisasi kepuasan kerja cenderung turun secara moderat
kecuali manajemen mengambil berbagai tindakan korektif. Tanpa tindakan koreksi,
organisasi besar akan “menenggelamkan” orang-orangnya dan berbagai proses
seperti partisipasi, komunikasi dan koordinasi kurang lancar karena kekuasaan
pengambilan keputusan terletak jauh dari para karyawan, mereka sering merasa
kehilangan peranan. Di samping itu lingkungan kerja yang terlalu besar juga
menghapuskan berbagai elemen kedekatan pribadi, persahabatan dan “kehangatan”
kelompok kerja kecil yang merupakan faktor penting kepuasan kerja karyawan.
Istilah
“besar atau ukuran organisasi” berkaitan dengan besarnya satuan pengoperasian
seperti sebuah pabrik cabang, bukan dalam arti satuan perusahaan sebagai
keseluruhan. Akhirnya karena ada hubungan antara besar organisasi dan kepuasan
kerja, fungsi personalia dalam organisasi-organisasi besar mungkin mempunyai
atau menghadapi kesulitan lebih berat untuk mempertahankan kepuasan kerja
karyawan.
B. Stress Karyawan
1. Pengertian
Stress
Stress
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan, sebagai hasilnya pada diri para karyawan
berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
mereka. Gejala-gejala ini menyangkut baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Orang-orang yang
mengalami stress bisa menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis.
Mereka
sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak dapat rileks, atau menunjukkan
sikap yang tidak kooperatif. Lebih lanjut, mereka melarikan diri dengan minum
alkohol (minuman keras) atau merokok secara berlebihan. Disamping itu mereka
bahkan bisa terkena berbagai penyakit fisik seperti masalah pencernaan dan atau
tekanan darah tinggi serta sulit tidur.
2. Penyebab-penyebab
Stress
Kondisi-kondisi
yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun
stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami
stress karena kombinasi stressors. Ada dua ketegori penyebab stress yaitu on the job dan off
the job.
Hampir setiap kondisi pekerjaan bisa
menyebabkan stress, tergantung pada reaksi karyawan. Sebagai contoh, seorang
karyawan akan dengan mudah menerima dan mempelajari prosedur kerja baru,
sedangkan seorang karyawan lain tidak atau bahkan menolaknya. Bagaimanapun juga
ada sejumlah kondisi kerja yang sering menyebabkan stress bagi para karyawan.
Diantara kondisi-kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Beban kerja yang berlebihan
2. Tekanan atau desakan waktu
3. Kualitas supervisi yang jelek
4. Iklim politis yang tidak aman
5. Umpan balik tentang pelaksanaan
kerja yang tidak memadai
6. Wewenang yang tidak mencukupi
untuk melaksanakan tanggung jawab
7. Kemenduaan peranan (role
ombiguity)
8. Frustasi
9. Konflik antar pribadi dan antar
kelompok
10. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan
dan karyawan
11. Berbagai bentuk perubahan
Dilain pihak
stress karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi diluar
perusahaan. Penyebab-penyebab stress “off the job” antara lain :
1. Kekuatiran finansial
2. Masalah-masalah yang
bersangkutan dengan anak
3. Masalah-masalah fisik
4. Masalah-masalah perkawinan
(misal : perceraian)
5. Perubahan-perubahan yang
terjadi di tempat tinggal
6. Masalah-masalah pribadi
lainnya, seperti kematian sanak saudara

Stress
dapat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah (dysfunctional)
atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stress
mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung
seberapa besar tingkat stress. Gambar 10.4 menyajikan model stress. Prestasi
kerja yang menunjukkan hubungan antara stress dan prestasi kerja. Bila tidak
ada stress, tantangan-tantangan kerja juga tidak ada, dan prestasi kerja
cenderung rendah. Sejalan dengan meningkatnya stress, prestasi kerja cenderung
naik, karena stress membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber daya
dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Bila stress telah
mencapai “puncak” yang dicerminkan kemampuan pelaksanaan kerja harian karyawan,
maka stress tambahan akan cenderung tidak menghasilkan perbaikan prestasi
kerja.
Akhirnya
bila stress menjadi terlalu besar, prestasi kerja akan mulai menurun, karena
stress mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk
mengendalikannya menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-keputusan dan
perilakunya menjadi tidak teratur. Akibat paling ekstrim adalah prestasi kerja
menjadi nol, karena karyawan menjadi sakit atau tidak kuat bekerja lagi, putus
asa, keluar atau “melarikan diri’ dari pekerjaan dan mungkin diberhentikan.
. Disiplin
Disiplin adalah
kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua
tipe kegiatan pendisiplinan, yaitu preventif dan korektif.
1 Disiplin
Preventif
Disiplin
preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar
mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga penyelewengan-penyelewengan
dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara
para karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan
semata-mata karena dipaksa manajemen.
Manajemen
mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif
dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Bila para karyawan tidak
mengetahui standar-standar apa yang harus dicapai, mereka cenderung menjadi
salah arah atau gratik. Disamping itu, manajemen hendaknya menetapkan
standar-standar secara positif dan bukan secara negatif seperti “jaga keamanan”
bukan “jangan ceroboh”. Mereka biasanya juga perlu mengetahui alasan-alasan
yang melatar belakangi suatu standar agar mereka dapat memahaminya.
2. Disiplin
Korektif
Disiplin
korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih
lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut
tindakan pendisiplinan (disciplinary action) sebagai contoh, tindakan
pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing.
Sasaran-sasaran
tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengoreksi,
bukan tindakan negatif yang menajtuhkan karyawan yang berbuat salah. Maksud
pendisiplinan adalah untuk memperbaiki kegiatan diwaktu yang akan datang bukan
menghukum kegiatan di masa lalu. Pendekatan negatif yang bersifat menghukum
biasanya mempunyai berbagai pengaruh sampingan yang merugikan, seperti hubungan
emosional terganggu, absensi meningkat, kelesuan, dan ketakutan pada atasan.
Berbagai sasaran tindakan pendisiplinan secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memperbaiki pelanggar
2. Untuk
menghalangi para karyawan yang lain melakukan kegiatan-kegiatan yang serupa
3. Untuk
menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif
Bentuk
tindakan pendisiplinan yang terakhir adalah pemecatan. Tindakan ini sering
dikatakan sebagai kegagalan manajemen dan departemen personalia, tetapi
pandangan tersebut tidak realistik. Tidak ada manajemen maupun karyawan yang
sempurna, sehingga hampir pasti ada berbagai masalah yang tidak dapat
dipecahkan. Kadang-kadang lebih baik bagi seorang karyawan untuk pindah bekerja
di perusahaan lain. Bagaimanapun juga, organisasi mempunyai batas kemampuan
yang dapat dicurahkan untuk mempertahankan seorang karyawan jelek.
BAB XI
PRODUKTIVITAS
A. Pengertian
Produktivitas
v Pengertian
baku produktivitas menurut Laporan Dewan Produktivitas Nasional adalah :
1. Produktivitas
mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan harus lebih baik
dari hari ini.
2. Secara
umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang telah dioperasionalkan.
3. Produk
dan produktivitas merupakan dua pengertian berbeda sebab peningkatan produk
menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan produktivitas
mengandung arti penambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi
tersebut.
4. SDM
mempunyai peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas karena alat
produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia.
5. Produktivitas
tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil senyatanya dengan
hasil yang seharusnya dicapai.
6. Produktivitas
tenaga kerja maupun dengan faktor lain : pendidikan, ketrampilan, kedisiplinan,
motivasi, upah, jaminan sosial, teknologi dan lain-lain.
7. Peningkatan
produktivitas tenaga kerja merupakan pembaharuan pandangan hidup dan kultur
serta sikap mental untuk meningkatkan mutu kehidupan.
v Pengertian
produktivitas menurut Payment J. Simanjuntak
Produktivitas
mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas kehidupan.
Secara
umum, produktivitas karyawan adalah segala usaha yang bisa menghasilkan lebih
banyak dan berkualitas lebih baik dengan sumber daya yang sama sehingga
cenderung sebagai peningkatan efisiensi dan efektivitas proses menghasilkan
suatu produk.
B. Pengukuran
Produktivitas
Adapun alasan
perusahaan untuk mengadakan pengukuran produktivitas adalah :
1. Digunakan
sebagai sarana manajemen untuk menganalisa efisien dan efektifitas produksi
sehingga memotivasi proses tersebut.
2. Digunakan
sebagai sarana manajemen untuk menentukan target/ sasaran tujuan dan digunakan
sebagai pertukaran informasi antara tenaga kerja serta manajemen secara
periodik terhadap suatu masalah yang terkait.
3. Digunakan
sebagai sarana pengamatan dan kontrol atas perubahan. Perubahan dari gambaran
data yang diperoleh sering nilai diagnoliknya menunjukkan kemacetan dan
rintangan dalam peningkatan kredibilitas perusahaan
Adapun untuk
mengukur tingkat kenaikan produktivitas secara operasional dapat diketahui
dengan beberapa hal sebagai berikut :
1. Input
turun dan output tetap
2. Input
turun dan output naik
3. Input
naik dan output naik dengan kenaikan yang lebih besar dari kenaikan input
4. Input
turun dan output dengan jumlah penurunannya lebih kecil dari turunnya input
C. Manfaat
Produktivitas
● Arti
penting produktivitas bagi individu antara lain ;
1. Meningkatnya
pendapatan dan jaminan sosial, hal tersebut dapat memperbesar kemampuan atau
daya untuk memberi barang dan jasa demi keperluan sehari-hari sehingga
kesejahteraannya akan lebih baik.
2. Dapat
meningkatkan harkat martabat serta pengakuan terhadap potensi yang dimiliki
oleh individu yang bersangkutan.
3. Dapat
meningkatkan motivasi kerja dan insentif untuk meningkatkan prestasi
● Arti
penting produktivitas bagi perusahaan ada dua macam
1. Manfaat
Mikro
- Penurunan
ongkos-ongkos per unit
- Peningkatan
kemampuan daya saing perusahaan
- Penghematan
sumber-sumber daya masukan
- Peningkatan
daya dalam membayar gaji dan upah
- Peningkatan
kontribusi pajak
- Dapat
menunjang hubungan kerja yang lebih baik
- Peningkatan
kualitas produksi barang dan jasa yang dihasilkan
2. Manfaat Makro
- Dapat
menunjang kelestarian dan perkembangan perusahaan, sebab dengan peningkatan
produktivitas, perusahaan akan memperoleh laba untuk investasi yang baru
- Dapat
membuka kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan
meningkatkan penghasilan dan penurunan harga-harga barang dan jasa di pasar
- Perbaikan
keadaan dan fasilitas kerja serta mutu hidup dan jaminan sosial kerja
- Dapat
menambah perluasan kesempatan kerja, hal ini terjadi karena keuntungan yang
diperoleh dapat dimanfaatkan untuk eksport sehingga dapat meningkatkan standar
hidup dan citra karyawan.

D. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas
Setiap
perusahaan pasti ingin mencapai suatu tingkat produktivitas perusahaan yang
tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut pimpinan perusahaan harus memperhatikan
faktor-faktor yang mendorongnya.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan adalah sarana fisik perusahaan
dan produktivitas tenaga kerja. Dari kedua faktor tersebut yang akan dibahas
lebih lanjut adalah produktivitas tenaga kerja atau sering disebut
produktivitas kerja.
Ada banyak faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang antara lain;
1. Pendidikan
dan Latihan
Pendidikan
membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan
lebih cepat dan cepat. Latihan membentuk dan meningkatkan kapasitas kerja,
dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula
produktivitasnya.
2. Gizi
dan Kesehatan
Keadaan gizi
dan kesehatan kerja yang baik akan memberikan kemampuan serta kesegaran fisik
dan mental seseorang dalam melakukan pekerjaan. Semakin baik akan gizi dan kesehatan
seseorang semakin tinggi tingkat produktivitasnya.
3. Penghasilan
dan Jaminan Sosial
Penghasilan dan
jaminan sosial dalam arti imbalan atau penghargaan ternyata dapat menjadi
pendorong atau insentif untuk bekerja lebih giat atu lebih produktif. Karyawan
yang menghasilkan lebih biasanya memperoleh penghasilan dan jaminan sosial yang
lebih baik pula. Sistem pengupahan yang seperti itu bukan saja untuk menjamin
pemberian imbalan atas prestasi seseorang, tetapi juga untuk mendorong setiap
karyawan berprestasi lebih baik.
4. Umur
Perusahaan
perlu untuk mengetahui beberapa kira-kira usia pekerja untuk berprestasi dengan
baik dalam arti dapat mencapai produktivitas yang tinggi.
5. Masa
Kerja
Masa kerja
dapat meningkatkan ketrampilan kerja sehingga juga dapat meningkatkan
produktivitas.
6. Kesempatan
Kerja
Tingkat
produktivitas seseorang juga sangat tergantung pada kesempatan yang terbuka
padanya. Kesempatan dalam hal ini sekaligus berarti :
6.1 Kesempatan
untuk kerja
6.2 Pekerjaan
yang sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan tiap-tiap orang
6.3 Kesempatan
memperkembangkan diri
Ketrampilan dan
produktivitas kerja seseorang berkembang melalui perusahaan dan di dalam
pekerjaan. Ketrampilan tertentu dapat menurun atau hilang sama sekali,
sebaliknya ketrampilan yang diterapkan secara terus menerus dapat berkembang.
Rendahnya produktivitas kerja seseorang itu ditempatkan dalam pekerjaan yang
sesuai dengan pendidikan dan ketrampilan.
7. Peningkatan
Kemampuan Manajerial Pimpinan
Prinsip
manajerial adalah efisiensi dengan mengurangi keborosan sumber-sumber yang
digunakan secara maksimal, termasuk barang modal, bahan mentah dan setengah
jadi dan tenaga kerja itu sendiri. Penggunaan sumber-sumber termasuk secara
berdaya guna dan berhasil (tepat guna)
8. Kebijaksanaan
Pemerintah
Usaha
peningkatan produktivitas sangat sensitif terhadap kebijaksanaan pemerintah
dibidang moneter, produksi investasi, perijinan usaha, teknologi, fiskal harga,
distribusi dan lain-lain.
BAB XII
HUBUNGAN INDUSTRIAL PANCASILA
A. Ruang
Lingkup Hubungan Industrial
Hubungan
industrial menggambarkan sebuah sistem yang kompleks yang pada dasarnya
merupakan hubungan antara pelaku dalam proses barang dan atau jasa. Para pelaku
tersebut terdiri dari para karyawan, pengusaha dan pemerintah termasuk
masyarakat. Sebagai sebuah sistem yang dinamis, maka hubungan industrial
memiliki sub-sub sistem atau bagian (dalam hal ini para pelaku dalam produksi)
yang berperan sesuai dengan bidang mesinnya, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan iklim kerja dan usaha yang harmonis.
Ruang
lingkup hubungan industrial meliputi seluruh aspek dan permasalahan sekonomi,
sosial, politik, budaya dan teknologi serta lainnya yang langsung maupun tidak
langsung berkaitan dengan hubungan antara pekerja, pengusaha dan pemerintah/
masyarakat.
B. Pengertian
dan Tujuan Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
Sesuai dengan
pedoman pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila (HIP), berikut ini dipaparkan
pengertian dan tujuan Hubungan Industrial Pancasila.
Hubungan
Industrial Pancasila adalah satu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (pekerja, pengusaha dan
pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi dari
keseluruhan sila-sila dari pancasila dan UUD 1945, yang tumbuh dan berkembang
di atas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia
Sejalan
dengan pengertian di atas, sila-sila dari Pancasila yang melandasi HIP adalah
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Sila yang satu tidak
lebih menonjol peranannya dari sila yang lain. Dalam membahas suatu sila
sebagai dasar, tidak boleh terlepas dari sila yang lain, karena Pancasila harus
dilaksanakan dan diamalkan secara bulat dan utuh.
Tujuan
Hubungan Industrial adalah mengemban cita-cita proklamasi kemerdekaan Negara
Republik Indonesia 17 Agustus 1945 di dalam Pembangunan Nasional, ikut
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan
tersebut dicapai melalui penciptaan ketenangan, ketentraman, ketertiban,
kegairahan kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan produksi atau
produktivitas dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajadnya sesuai
dengan martabat manusia.
C. Azas-azas
Dalam Hubungan Industrial Pancasila
Dalam
mencapai tujuannya, Hubungan Industrial Pancasila mendasarkan diri pada
azas-azas pembangunan yaitu :
a. azas
Manfaat
b. azas
Usaha bersama dan kekeluargaan
c. azas
Demokrasi
d. azas
Adil dan merata
e. azas
Peri kehidupan dalam kesinambungan
f. azas
Kesadaran Hukum
g. azas
Kepercayaan
Dalam
pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila berdasarkan kepada dua azas kerja
yaitu :
(a) azas
Kekeluargaan dan gotong royong
(b) azas
Musyawarah untuk mufakat
Sedangkan
sebagai manifestasi dari kedua azas di atas, maka HIP mendasarkan diri kepada 3
(tiga) azas kerja sama, yaitu bahwa pekerja dan pengusaha merupakan teman
seperjuangan dalam :
- Proses
produksi, berarti mereka wajib bekerja serta membantu kelancaran usaha
- Dalam
pemerataan menikmati hasil perusahaan, berarti hasil usahanya dinikmati bersama
dengan bagian layak/ sesuai dengan prestasinya.
- Dalam
bertanggung jawab, kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, masyarakat
sekeliling, pekerja dan keluarganya dan kepada pengusaha dimana mereka bekerja.
D. Ciri-ciri
Khusus dalam Hubungan Industrial Pancasila
(1) HIP
mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan hanya bertujuan untuk sekedar mencari
nafkah saja, akan tetapi sebagai pengabdian kepada Tuhannya, kepada sesama
manusia, kepada masyarakat, bangsa dan negara.
(2) HIP
menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka, tetapi sebagai
manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya. Karena itu perlakuan
pengusaha kepada pekerja bukan hanya dilihat dari segi kepentingan produksi
belaka, akan tetapi haruslah dilihat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat
manusia.
(3) Hubungan Industrial Pancasila
melihat antara pekerja dan pengusaha bukanlah mempunyai kepentingan yang
bertentangan akan tetapi mempunyai kepentingan yang sama yaitu kemajuan
perusahaan. Karena dengan perusahaan yang majulah semua fihak akan dapat
meningkatkan kesejahteraan.

(5) Di
dalam pandangan HIP terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban kedua belah
pihak dalam perusahaan. Keseimbangan itu dicapai bukan didasarkan atas
perimbangan kekuatan (balance of power), akan tetapi atas dasar rasa
keadilan dan kepatuhan. Disamping itu juga HIP juga mempunyai pandangan bahwa
hasil-hasil perusahaan yang dicapai berdasarkan kerja sama antara pekerja dan
pengusaha, harus dapat dinikmati secara adil dan merata sesuai dengan
pengobanan masing-masing.
(6) Dalam
HIP dituntut adanya saling pengertian antara karyawan dan pengusaha. Disatu
pihak, pengusaha perlu menyadari dan mengakui bahwa :
- Karyawan
perlu diajak berperan serta di dalam memecahkan persoalan-persoalan perusahaan.
- Karyawan
menghendaki agar pengusaha dapat memberikan upah yang layak
- Karyawan
menghendaki diberi tanggung jawab terhadap pekerjaannya dan diberi kesempatan
untuk berkembang
- Karyawan
menginginkan adanya ketenangan, kepastian kerja dan diberi kesempatan untuk
mengutarakan keluhan-keluhannya serta memperoleh tanggapan yang wajar dari
pengusaha
(7) Di pihak
karyawan dan Serikat Pekerja harus menyadari dan mau menerima keadaan, bahwa :
- Fungsi
memimpin dan mengendalikan perusahaan berada di tangan pengusaha yang perlu
dukungan dari karyawan atau Serikat Pekerja.
- Di
samping memberikan upah/ gaji dan kesejahteraan bagi karyawan, pengusaha masih
harus menjamin keperluan-keperluan lain, seperti; perluasan usaha, penggantian
barang-barang modal, pemberian deviden untuk para pemilih modal dan pembayaran
pajak.
- Pengusaha
mempunyai wewenang untuk memilih dan mengangkat karyawan untuk suatu pekerjaan
tertentu
- Keanggotaan
karyawan dalam Serikat Pekerja tidaklah berarti mengurangi kesetiaan dan
disiplin kerja karyawan terhadap peraturan perusahaan dan kepada pengusaha.
E. Sarana dan
Kelembagaan dalam Pelaksanaan HIP
Dalam
rangka mencapai tujuan HIP, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan sarana-sarana
dan kelembagaan untuk mewujudkan falsafah HIP dalam kehidupan sehari-hari.
Sarana dan kelembagaan tersebut antara lain :
1. Lembaga
Kerjasama Bipartit
Adalah suatu
lembaga atau badan di dalam suatu perusahaan yang anggotanya terdiri dari
wakil-wakil pekerja dan wakil-wakil pengusaha yang merupakan forum konsultasi
dan komunikasi untuk memecahkan masalah bersama seperti produktivitas kerja,
disiplin kerja, ketenangan kerja dan ketenangan usaha dan lain-lain.
Tujuan
Lembaga Kerjasama adalah :
Untuk
mengembangkan hubungan industrial yang serasi pada tingkat perusahaan, guna
mencapai sasaran dalam lingkungan perusahaan yang harmonis dan sasaran nasional
baik di bidang pertumbuhan ekonomi, stabilitas di sektor industri dan perluasan
kesempatan kerja.
2. Lembaga
Kerjasama Tripatit
Lembaga kerjasama
tripatit adalah lembaga konsultasi dan komunikasi antara wakil pekerja,
pengusaha dan pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah bersama dalam bidang
ketenaga-kerjaan, lembaga ini didirikan baik tingkat nasional, propinsi dan
kabupaten atau kotamadya. Lembaga ini juga dibentuk bersifat umum ataupun untuk
sektor-sektor tertentu.
Kesepakatan Kerja Bersama
Antara
wakil pengusaha atau kelompok pengusaha di satu pihak dengan wakil-wakil
pekerja atau Serikat Pekerja di lain pihak perlu melakukan suatu Perundingan
Bersama untuk memecahkan persoalan-persoalan yang mungkin timbul, misalkan
mengenai syarat-syarat kerja dalam perusahaan, agar tercapai suatu persesuaian.
Semua syarat-syarat kerja yang telah disepakati melalui perundingan bersama
tersebut, dinamakan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Collective
Labor Agreement (CLA).
Kesepakatan
Kerja Bersama yang dilaksanakan dengan cara musyawarah akan sangat bermanfaat
bagi kedua belah pihak, yaitu pihak karyawan dan pengusaha. Bagi pihak karyawan
akan dapat mengetahui, misalkan mengenai upah/ gaji, tunjangan, jaminan sosial
yang pada umumnya berupa hak cuti, rekreasi, jaminan kesehatan, pensiun dan
lain-lain. Juga pihak karyawan akan dapat mengetahui perihal kewajiban-kewajibannya
seperti memberikan pertanggung jawaban pekerjaan, disiplin kerja dan
sebagainya.
Di
pihak pengusaha, akan dapat memperoleh kejelasan hak dan kewajiban tentang
kelancaran produksi, ketentraman kerja dan peningkatan kesejahteraan bagi
seluruh karyawan.
Kesepakatan
Kerja Bersama tersebut pada umumnya dilaksanakan untuk periode tertentu
misalkan dua tahun. Apabila antara pihak pengusaha dan pihak karyawan sulit
mencapai kesepakatan, maka dapat dilakukan pendekatan melalui Lembaga Tripatit
atau dengan jasa pihak Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Edwin B, Flippo, 1995, Principles
of Personal Management, Mc. Graw Hill Book co inc.
Gary
Dester 1995, Manajemen Personalia, Teknik dan Konsep Modern,
Erlangga, Jakarta
Henry
Simamora, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, bagian Penerbitan
STIE YKPN, Yogyakarta
Heidjrachman
Suad Husnan, 2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta
T.
Hani Handoko, 2000, Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia,
BPFE Yogyakarta
Criter,
1969, Perencanaan Tenaga Kerja, Erlangga, Jakarta
Moch.
Darsyah Sinungar, 1992, Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bumi
Aksara, Jakarta
Payment
J. Simanjutak, 1980, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, FE-UI,
Jakarta
Paramansyah, arman, 2017,
Manajemen Sumber Daya Manusia, Haja Mandiri, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar